DAAITV Streaming di Indoweb.tv

Februari 10, 2009

Dear All,

Kabar baik sekarang, Streaming DAAITV sudah bisa kembali dinikmati di indoweb.tv

Terima kasih atas segala masukan positif kepada DAAITV selama ini.

Warm Regards,

Admin


Website Resmi DAAITV dan Facebook

Februari 5, 2009

Pengumuman kepada Pemirsa Setia DAAITV,

WordPress akan ditutup pada saat launching website DAAITV (www.daaitv.co.id) dan telah muncul Groups DAAITV Indonesia, mohon diadd yah facebooknya,jadi kita akan lebih banyak berkomunikasi secara langsung lewat Facebook.

Warm Regards,

admin


Dibalik Suatu Cobaan ep.01 – 10

April 25, 2008

Xie Kun San ialah seorang anak yg berbakti dan rajin juga bertekad kuat, akibat kecelakaan kerja pada usia 16 tahun sehingga dia kehilangkan sepasang tangan dan sebelah kaki, tapi dia tidak menyerah pada nasib dan tetap melanjutkan niat belajar melukisnya. Pada akhirnya Xie Kun San berhasil membuktikan bahwa dirinya bisa dan sanggup mewujudkan impiannya menjadi pelukis terkenal.

Eps 1

Keluarga Xie Kun Shan bukan keluarga yang berada. Ibunya bekerja sebagai kuli cuci sementara ayahnya penjual moci. Kadang untuk menghidupi keluarga mereka harus meminjam uang atau berhutang pada tetangga. Ayahnya suka berjudi dan dalam berjualan ayahnya sering menggunakan cara-cara yang curang. Sejak kecil Kun Shan suka menggambar, bahkan buku tugasnya digunakan untuk menggambar.

Eps 2

Bila kalah berjudi tidak jarang ayah Kun Shan menggadaikan barang-barang yang ada di rumah. Ayahnya juga sering tidak pulang berhari-hari, entah karena berjudi atau berjualan ke tempat yang agak jauh. Melihat kondisi keluarganya, Kun Shan yang masih kecil selalu berpikir ingin membantu orang tuanya. Dia sering diam-diam berjualaan sehingga tidak mengerjakan tugas sekolahnya.

Eps 3

Karena keluarganya miskin, Kun Shan tidak bisa mengikuti piknik yang diselenggarakan sekolahnya. Bahkan setelah tamat dari SD, ayah Kun Shan langsung memintaanya untuk bekerja mencari uang agar bisa meringankan beban keluarga. Kun Shan bekerja di sebuah pabrik pengolahan bahan makanan ternak. Karena dia giat dan rajin bekerja gaji pertamanya dibayar penuh oleh bosnya.

Eps 4

Setelah besar Kun Shan bekerja di pabrik besi yang menawarkan penghasilan yang lebih besar. Melihat usaha di pedesaan makin sulit, atas anjuran pamannya, adik ipar ayah Kun Shan, mereka sekeluarga kemudian pindah ke Tai Pei. Sesampai di Tai Pei, Kun Shan bekerja di pabrik konveksi, kemudian atas tawaran kakaknya, Wu Siong , dia bekerja di pabrik baru tempat kakaknya bekerja dengan gaji yang lebih tinggi. Di pekerjaan barunya itu Kun Shan mengalami kecelakaan yang mengubah seluruh hidupnya.

Eps 5

Karena tidak hati-hati, batangan besi yang sedang di naikkan Kun Shan menyentuh kabel listrik sehingga sekujur tubuhnya terbakar. Melihat kondisinya itu banyak orang yang menganjurkan orang tuanya agar merelakan Kun Shan. Tapi ibunya bersikukuh untuk mempertahankan nyawa anaknya meski harus diamputasi.

Eps 6

Demi biaya amputasi Kun Shan, orang tuanya mencari dan meminjam uang kemana-mana. Sementara ayah Kun Shan yang menuntut biaya pengobatan dan pesangon pada pemilik pabrik malah tertipu oleh pengacaranya karena buta huruf. Karena tidak sanggup membayar biaya perawatan rumah sakit, Kun Shan kemudian harus dirawat di rumah.

Demi menambah penghasilan, ayah Kun Shan kemudian membuka sebuah toko di daerah illegal yang biaya sewanya sangat rendah.

Eps 7

Karena kehilangan kedua tangannya dan kaki, Kun Shan tidak dapat banyak membantu keluarganya. Bahkan untuk makan dan buang air harus ibunya yang membantunya. Melihat ibunya yang begitu menderita menjaganya, Kun Shan bertekad untuk melatih makan sendiri. Malam hari ketika anggota keluarga yang lain sedang tidur, dia bangun untuk melatih makan , dia juga melatih menulis dengan mulut bahkan menggambar. Tangan palsu yang diberikan pemerintah juga berhasil dimodifikasi olehnya sehingga mudah digunakan.

Eps 8

Setiap hari Kun Shan menghabiskan waktu untuk belajar menggambar. Namun karena tidak ada guru yang mengajarinya gambar yang dibuatnya tidak sebagus yang dia inginkan. Sementara ayahnya yang tidak setuju Kun Shan belajar menggambar, selalu meminta Kun Shan untuk bekerja dan mencari uang bahkan menjadi pengemis sekalipun. Apalagi untuk belajar menggambar keluarganya harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli pensil, kertas dan pisau lipat. Kun Shan tidak hanya belajar menggambar dengan mulut, bahkan dia juga belajar meraut pensil dengan mulut.

Eps 9

Ketika ayahnya membawa Kun Shan pergi memotong rambut, si pemilik salon yang tahu Kun Shan lagi belajar melukis memberinya foto agar Kun Shan menggambar fotonya. Melihat gambar yang dibuat Kun Shan mirip dengan foto aslinya, ayah Kun Shan menjadi sangat gembira. Atas undangan Kak A Min, Kun Shan besama adiknya jalan-jalan ke rumahnya. Di tengah jalan mereka bertemu seorang prosucer TV, Nona Huang yang tersentuh oleh semangat Kun Shan. Beliau kemudian memberikan semua uang yang diterimanya hari ini kepada Kun Shan.

Eps 10

Meski sudah bisa melukis dengan baik, Kun Shan selalu merasa teknik melukisnya belum sempurna. Kesempatan untuk belajar teknik melukis datang ketika dari televisi Kun Shan mengetahui bahwa ada suatu lembaga yang memfasilitasi orang-orang cacat untuk melukis. Kun Shan kemudian mendaftarkan diri untuk bergabung di lembaga tersebut, meski ibunya menentang. Di sana Kun Shan harus belajar menyesuaikan diri dan menjaga diri. Karena apa yang dia lihat di televisi tidak sebagus dengan kenyataan.


Ketabahan Hati ep. 11 – 23

April 17, 2008

Episode 11

Huei Fen, Cin Long dan Huei Cuin berkumpul dirumah untuk merayakan hari ibu untuk Mei Hua. Melihat anak-anak begitu berbakti Mei Hua merasa sangat gembira dan terharu. Karena tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya, akhirnya luka dikaki Cin Long diketahui oleh ibunya. Karena tidak mendapatkan pengobatan yang baik, luka Cin Long bertambah parah dan berubah menjadi hitam. Setelah mengetahui ini, Mei Hua segera minta tolong pada A Chiang, paman sepupu Cin Long untuk segera membawanya kerumah sakit. karena keterbatasan alat, maka pihak rumah sakitpun merekomendasikan Cin Long untuk pergi kerumah sakit yang lebih besar. setelah menjalani pemeriksaan, Dokter di rumah sakit Ce Ci memvonisnya menderita kanker tulang dan untuk mencegah penyebaran sel kanker, kakinya harus diamputasi.

Episode 12

Karena tidak ingin putranya kehilangan sebuah kaki, Mei Hua bersikeras menolak untuk menjalankan operasi amputasi dan ingin memindahkan Cin Long kerumah sakit lain. Akhirnya Dokter Chen merekomendasikan Mei Hua untuk kerumah sakit Tai Ta di Tai Pei. Selama tiba di Ce ci mereka mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak rumah sakit, bahkan saat Cin Long akan pindah rumah sakitpun mereka masih mengirim dua orang perawat serta transportasi untuk mengantar Cin Long. Saat ingin naik pesawat, mereka tidak diijinkan masuk karena melihat keadaan Cin Long yang sedang sakit. setelah memohon-mohon, akhirnya mereka diijinkan naik kepesawat dengan syarat menandatangani sebuah surat persetujuan. Setiba di Rumah sakit Tai Ta keadaan Cin Long bertambah buruk.

Episode 13

Cin Long merasa terhibur dengan kunjungan guru dan teman-teman sekelasnya. Setelah kembali Guru Chiu mengadakan kegiatan pengumpulan dana untuk Cin Long di Sekolah. Saat baru mulai menjalani kemoterapi Cin Long merasa kesakitan dan tidak sanggung menahannya. Untung saja disampingnya banyak orang yang memberi dukungan dan menyayanginya. Karena pengaruh terapi, Cin Long menjadi semakin kurus dan rambutnya menjadi rontok, agar lebih mudah mengurusnya, akhirnya Mei Hua memutuskan untuk menggunduli rambut Cin Long. Melihat keadaan kakaknya, Huei Cuin yang tadinya berminat dalam seni menjadi termotivasi untuk melanjutkan sekolahnya sekolah kejuruan perawat Ce Ci. Agar kelak dia bisa merawat kakaknya dengan baik.

Episode 14

Untuk membalas kebaikan kakak Mei Ling dan kakak Cao yang telah merawatnya dengan sepenuh hati. Cang Siao Chi seorang suster yang sedang belajar praktek, tertarik dengan suara Cin Long yang begitu merdu layaknya seorang penyanyi profesional, dia pun meminta agar Cin Long mau merekam sebuah kaset untuknya. Tangan Cin Long semakin mengurus dan setiap kali menerima obat terapi dia selalu muntah dan merasa sangat tersiksa. Cin Long merasa terkejut dengan kedatangan Chiung Ying, tapi karena keadaannya seperti itu, Cin Long menjadi tidak percaya diri dan meminta Chiung Ying untuk tidak menjenguknya lagi. Walaupun masih sedih dengan keadaan Cin Long, tapi hati ibunya merasa sedikit terhibur karena Huei Fen dan teman prianya Cin Liang merencanakan untuk bertunangan. Karena bisa pulang untuk menghadiri pesta pertunangan kakaknya, Cin Long merasa senang sekali. Tetapi sebelum pulang dia harus memutuskan suatu hal yang berat baginya, yaitu operasi amputasi. Karena Mei Hua tidak sanggup menandatangani surat persetujuan operasi, maka Dokter Yang pun meminta keputusan dari Cin Long sendiri.

Episode 15

Setelah dipertimbangkan akhirnya Cin Long memutuskan untuk menjalani operasi amputasi. Tapi ibunya masih tidak rela putranya diamputasi, dia pun terus bertanya pada Cin Long apakah putranya itu akan sanggup menerima kenyataan kalau dia akan kehilangan sebuah kaki. Karena tidak ingin selalu hidup dalam bayangan kematian, Cin Long pun merasa yakin dengan keputusannya itu. Saat sedang bingung soal biaya operasi Cin Long, Guru Chiu pun datang pada waktu yang tepat, dia memberikan hasil sumbangan dari murud-murid sekolah SMU She Wei dan dari orang-orang yang berwelas asih pada Mei Hua. Dipesta pertunangan kakaknya, Cin Long merasa marah pada diri sendiri, tidak percaya diri serta mengurung dirinya dikamar. Setelah menjalani operasi amputasi, Dokter akhirnya mengijinkan Cin Long untuk pulang kerumah.

Episode 16

Cin Long serasa tidak percaya kalau dirinya sudah boleh pulang kerumah, tapi untuk memastikan apakah sel kankernya akan kambuh atau tidak, dia harus menjalani pemeriksaan rutin sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan dan menjalani kemoterapi bertahap. Saat pindah bagian terapi dia bertemu dengan seseorang yang bernama Li Tung Rung yang berumur 35 tahun. Saat berumur 19 tahun dia mengalami kecelakaan yang menyebabkan dia lumpuh. Dia telah menyadari Cin Long kalau kekurangannya itu bukanlah segalanya, dan jangan merasa malu dengan pandangan mata orang lain. Untuk menghemat biaya pengobatan dan biaya transportasi Mei Hua pun berpikir untuk kembali kerumah sakit Ce Ci untuk menjalani pengobatan selanjutnya. Tetapi dia ragu apakah rumah sakit Ce Ci mau menerimanya kembali setelah kejadian yang dia lakukan pada mereka.

Episode 17

Setelah kembali ke Rumah sakit Ce Ci, Cin Long kembali menjalani pengobatan, kali ini dia menjadi begitu tabah dan pengertian. Karena dia tahu dia tidak akan selamanya mengandalkan orang lain. Dia tidak ingin menyusahkan orang-orang yang begitu sayang padanya, saat ibunya tidak ada dia pun menyuruh kakak dan adiknya untuk pulang mengerjakan tugas masing-masing dan tidak usah menemaninya lagi.

Suatu hari di rumah sakit Ce Ci telah mengadakan sebuah kegiatan yang tujuannya untuk kesehatan. Pada awalnya Cin Long tidak ingin mengikuti kegiatan itu, tapi setelah dibujuk terus oleh ibunya, akhirnya Cin Long terpaksa ikut dengan syarat dia ingin pergi sendiri. Disana ia mendengarkan ceramah tentang kebahagiaan, dan bertemu dengan seorang insan Ce Ci yang bernama Ming Yue. Melihatnya begitu optimis dalam menghadapi penyakitnya, Ming Yue pun memintanya untuk membantu seorang pasien yang bernama Ceng Siao Hua untuk menemukan kembali keyakinan pada dirinya.

Episode 18

saat dirumah sakit, Cin Long bisa dengan tabah menerima dirinya sebagai orang cacat, tapi setelah pulang kerumah Cin Long kembali mengurung dirinya, dia merasa tidak percaya diri dan takut untuk menghadapi orang ramai. Untung saja secara perlahan Yong Cin bisa mengembalikan percaya dirinya itu. Untuk menyembuhkan penyakitnya dengan seksama, Cin Long harus kembali ke Rumah sakit Ce Ci untuk melanjutkan pengobatan kemoterapinya. Dokter menjelaskan bahwa efek dari obat-obatan yang digunakan kali ini lebih keras. Cin Long akan lebih menderita dan kemungkinan akan terjadi Komplikasi penyakit lainnya. Mendengar itu Mei Hua pun minta tolong pada Ming Yue untuk menasehati Cin Long agar bisa menerima semua ini dengan tabah. karena pengaruh obat, daya tahan tubuh Cin Long menjadi semakin lemah, karena sering muntah, rongga mulutnya menjadi terluka sehingga dia tidak bisa menelan makanan. Selain itu dia juga mengalami diare terus. Untuk itu Dokter terpaksa harus memindahkannya kekamar Isolasi supaya tidak terinfeksi virus lainnya.

Episode 19

Atas motivasi dan kasih sayang yang diberikan orang-orang disekelilingnya, Cin Long berhasil melawan penderitaannya itu. Pengobatannya sangat berhasil dan dia diijinkan pulang. Setelah mengetahui Cin Long mengerjakan pekerjaan rumah, Mei Hua menjadi cemas dan marah. Dia kembali memaksa Cin Long untuk buka toko kelontong saja. Karena tidak mau, Cin Long merasa gusar dan punya perasaan ingin pergi dari rumah. Dia tidak ingin terus bersandar pada orang lain, dia ingin sekali kembali ke SMU She Wei untuk belajar, dan ingin hidup mandiri. Setelah dibujuk oleh Huei Fen akhirnya Mei Hua mengijinkan Cin Long untuk kembali ke sekolah dan tinggal diasrama sekolah. Guru dan teman-teman sekolahnya menyambut kedatangan Cin Long dengan gembira, tapi yang menjadi kendala adalah, asrama Cin Long ada di lantai 5, walau naik dan turun tangga teman-temannya selalu membantu, tapi Cin Long merasa tidak enak dan ingin melakukannya sendiri.

Episode 20

Merasa repot harus naik turun 5 lantai dan tidak ingin menyusahkan orang lain, Cin Long minta ijin pada ibunya untuk tinggal diluar asrama. Mendengar perkataan Cin Long, Mei Hua menyarankan agar Cin Long berhenti sekolah saja, tapi Cin Long tidak ingin begitu saja meninggalkan pendidikannya. Setelah dibujuk, akhirnya Mei Hua mencari guru Chiu untuk membicarakan hal ini. awalnya pihak sekolah tidak menyetujuinya, tapi mengingat Cin Long adalah murid yang baik maka pihak sekolah mengijinkannya untuk pindah dari asrama. kehidupan manusia memang sulit diterka, Cin Long bertemu dengan orang yang sama sepertinya, kehilangan satu buah kaki. Kakak Liu adalah tetangga yang tinggal diseberang kamar Cin Long, dia kehilangan kaki kanannya karena kecelakaan. Setelah bicara panjang lebar dengan kakak Liu, percaya diri Cin Long semakin bertambah dan merasa kekurangannya itu bukanlah apa-apa. Di suatu perkumpulan Cin Long bertemu dengan Mei Ling, gadis yang belajar disekolah yang sama dengannya. Mereka menjadi akrab dan banyak yang dibicarakan. Mei Hua mendapatkan kejuatan dari putrinya Huei Fen bahwa dia sudah akan menjadi seorang nenek.

Episode 21

Setelah menerima surat pemberitahuan mengenai jadwal pemeriksaan rutinnya, Cin Long menjadi cemas dan takut. dia merasa khawatir kalau hasil pemeriksaan kali ini ternyata menemukan sel kanker dalam tubuhnya, dia harus bagaimana. Melihat putranya kembali merasa takut seperti ini, Mei Hua selalu memberi dukungan dengan cinta dan kasih sayangnya, dia selalu berada disisi Cin Long untuk menemaninya. Tahu kakaknya segera tamat SMU, Huei Cuin menyarankan kakaknya agar melanjutkan pendidikannya di Sekolah Kejuruan perawat Ce Ci untuk jurusaa Radiologi. Awalnya Cin Long ragu untuk mengikuti ujian masuk sekolah kejuruan perawat Ce Ci, tapi setelah dia mengingat apa yang pernah dialaminya dan telah mendapat bantuan dari banyak orang akhirnya dia memutuskan untuk ikut ujian masuk itu. Setelah mengikuti ujian masuk, Cin Long kembali ragu apakah rumah sakit Ce Ci akan menerima siswa dan karyawan cacat seperti dirinya.

Episode 22

Pertama kali memperkenalkan diri dikelas barunya, selain nama kata pertama yang terucap dari mulut Cin Long adalah “minta maaf” karena dia sadar dengan keterbatasan gerak geriknya itu dia akan sering menyusahkan teman-temannya. Tetapi sebaliknya dengan pengalaman hidup yang pernah dilaluinya, Cin Long malah menjadi teladan yang baik untuk mereka, teman-temannya pun sangat menyukai dirinya. Ming Yue kembali meminta tolong pada Cin Long untuk menghibur seoarang pasien penderita kanker yang bernama Siao Siang. Karena penyakitnya ini, Siao Siang menjadi murung dan tidak mempedulikan orang lain. Waktu Siao Siang tidak banyak lagi, ibunya ingin sebelum meninggal Siao Hua bisa hidup bahagia sedikit. Dengan sabar Cin Long mengajak Siao Siang berbicara, menyanyi dan menjadi teman yang baik untuknya. Karena bantuan Cin Long, Siao Siang menjadi tabah menerima kenyataan hidupnya ini dan akhirnya meninggal dengan penuh ketenangan.

Episode 23

Setelah dipaksa terus oleh Ching Siung, akhirnya Cin Long mengaku kalau dia menyukai Mei Ling. Untuk menambah karyawan rumah sakit Ce Ci, pihak sekolah mengumumkan akan menandatangani kontrak dengan murid yang berprestasi baik. Selain bisa langsung bekerja murid yang telah dikontrak akan mendapatkan beasiswa, Cin Long dan teman-temannya sangat tertarik dengan kontrak itu dan berjuang keras untuk mendapatkannya. Saat bertemu dengan Mei Ling, Cin Long berusaha untuk menghindar, tapi Mei Ling menghalanginya dan menyatakan isi hatinya pada Cin Long. Sejak bekerja dirumah sakit Ce Ci , Cin Long melihat penderita kanker yang sama seperti dirinya satu persatu meninggal dunia. Perasaan takut kembali menghantui dirinya, dia merasa kelak nasibnya akan seperti itu juga. Karena tidak ingin Mei Ling menderita, maka Cin Long memutuskan untuk berpisah dengannya. Mei Ling tidak mau menerima semua itu, apapun yang terjadi kelak dia tetap ingin selalu bersama dengan CIn Long. Walaupun kelak Cin Long akan meninggal karena penyakitnya dia akan hidup dengan bahagia. Karena dia sudah mendapatkan yang dia inginkan, yaitu menikah dan hidup bersama Cin Long. Semua pengorbanan Mei Hua akhirnya menjadi kebahagiaannya, niatnya melihat Cin Long menikah akhirnya menjadi sebuah kenyataan.


Menggapai Harapan ep. 51 – 63

April 17, 2008

Episode 51

Saat A Lan baru merasa percaya kembali dengan masalahnya di Tzu Chi, tiba-tiba Xiao-ling membawa kabar buruk untuknya. Di Koran diberitakan bahwa ayahnya korupsi. Walau Guang-yuan tidak pernah korupsi tapi ada beberapa bukti yang memojokkinya seperti masalah A Lan yang pernah ditangkap karena berjudi, masalah menjual rumah dan tanahnya yang di jalan Meichun. Semua bukti ini cukup membuktikan kalau Guang-yuan membutuhkan uang. Dalam menghadapi masalah ini, Guang-yuan sama sekali tidak habis pikir. Dia tidak menyangka diusianya yang sudah hampir pensiun ini, dia masih harus menghadapi masalah seperti ini. Demi menyelesaikan masalah Guang-yuan, A Lan berusaha mencari Komandan dan Pak hakim yang dulunya akrab dengan keluarga Wang. Tapi usaha A Lan ternyata sia-sia, Komandan sedang koma dirumah sakit, sedangkan Pak hakim sudah imigrasi ke Amerika. Sedangkan Guang-yuan sendiri tidak mau minta bantuan pada temannya. Hal ini membuat A Lan dan Xiao-ling tidak tahu harus bagaimana menolong suami dan ayah yang keras kepala ini.

Episode 52

Di saat A Lan sedang merisaukan masalah korupsi Guang-yuan, sesama anggota kelompok ketiga mengalami pertengkaran kecil. Wen-jun dan A Jin yang sudah lama mengikuti pelatihan ingin dilantik menjadi komite. Tapi karena latar belakang keluarga dimana usaha keluarga masing-masing adalah sebagai penjual ikan dan penjual buah pinang, maka anggota kelompok ketiga ada yang setuju dan tidak setuju mereka dilantik menjadi komite. Untuk mencari solusinya, maka Kakak Zheng membantu A Lan untuk mengambil keputusan. Karena Kakak Zheng sangat cekatan dalam mengambil keputusan maka ada beberapa anggota kelompok yang merasa nyaman bekerja sama dengannya, mereka bahkan menganjurkan untuk membentuk kelompok baru. Selain itu banyak juga gosip yang mengatakan bahwa Kakak Zheng berbuat demikian hanya ingin menggeser posisi A Lan sebagai ketua kelompok. Mendengar hal ini, tentu saja A Lan dan Kakak Zheng tidak terpengaruh sedikitpun. Rekan Guang-yuan yang korupsi sudah ditangkap polisi, Guang-yuan hanya tunggu giliran saja. Supaya A Lan tidak malu, Guang-yuan menganjurkan agar A Lan berhenti jadi ketua kelompok. Saat menyampaikan hal ini pada Master, A Lan merasa sedih melepaskan pekerjaan Tzu Chi. Tapi atas kebijaksanaan Master, A Lan diharapkan bisa tetap menjadi ketua kelompok. Dia bahkan ditunjuk Master untuk menjadi teladan bagi para ketua kelompok.

Episode 53

Setelah lama menunggu, akhirnya Guang-yuan mendapat surat panggilan dari pengadilan. Malam sebelum berangkat ke Taipei, Guang-yuan menyerahkan tiga ratus ribu dolar yang tadinya baru akan diberikan setelah dia diputuskan tidak bersalah. Karena tidak banyak menaruh harapan, maka Guang-yuan menyerahkan uang derma untuk kamar pasien tersebut lebih awal pada A Lan. Selama ini Guang-yuan merasa A Lan hanya menjadikan Tzu Chi sebagai kambing hitam untuk menghindar dari tanggung jawab seorang istri dan seorang ibu. Tapi setelah masalah korupsi ini, pandangan Guang-yuan terhadap A Lan berubah total. Guang-yuan merasa terharu, karena disaat dia paling membutuhkan dukungan, A Lan terus berada disampingnya tanpa memikirkan pekerjaan Tzu Chi-nya. Oleh sebab itu Guang-yuan ingin berderma tiga ratus ribu dolar tersebut demi A Lan. Setelah mengantar Guang-yuan, A Lan kembali ke griya untuk menyelesaikan masalahnya dengan Kakak Zheng. Dia mohon agar Kakak Zheng terus membantunya dalam pekerjaan di kelompoknya. Sedangkan dipihak Shu-lian dan Xue-zhu, mereka juga menerima penjelasan kesalah pahaman ini dengan lapang dada. Masalah di Tzu Chi selesai, kini A Lan sudah merasa agak lega. Sekarang A Lan hanya mencemaskan suaminya yang belum memberi kabar.

Episode 54

Setelah tahu Guang-yuan bebas dari tuduhan, A Lan memeluknya sambil menangis. Selama ini A Lan selalu berusaha menghindar darinya bahkan A Lan merasa senang jika Guang-yuan dimutasi ke tempat yang jauh. Tapi sekarang A Lan baru sadar bahwa dia masih sangat mempedulikan Guang-yuan. Tanpa Guang-yuan dia tidak bisa apa-apa. Terlepas dari bencana ini Guang-yuan menyambut kedatangan hari pensiunnya dengan senang, dia pribadi juga berharap agar A Lan bisa pensiun dari pekerjaan Tzu Chi agar bisa melewati hari-hari yang santai bersamanya. Tapi bagaimana pun juga A Lan tidak tega melepas pekerjaan ini, karena dia baru saja menerima tugas sebagai ketua pemerhati bagi kelompok-kelompok kecilnya. Masalah anggota kelompok ketiga yang bertentangan dengan Shu-lian Xue-zhu dan Kakak Zheng akhirnya selesai juga berkat nasihat A Lan. Mereka menjadi akrab kembali satu sama lain saat sedang panen jeruk di kebun jeruk milik ibu mertua Yue-rui. Bukan hanya itu saja, A Lan yang berakal cerdik juga berhasil menyelesaikan masalah Wen-juan dengan suaminya yang selama ini melarangnya berhenti menjual pinang dan mengerjakan pekerjaan Tzu Chi. Atas usaha A Lan ini, suami Wen-juan bahkan menawarkan diri untuk menjadi komite Tzu Chi.

Episode 55

Kali ini A Lan kembali menghadapi tantangan besar. Suami A Ru, Zhang Qing-fu yang adalah anggota derma ibu Xie adalah seorang pemabuk dan memiliki sifat yang kurang baik. Tapi walau begitu, dia sangat rajin membantu Tzu Chi mengumpulkan uang derma. Melihat sifat dasarnya adalah baik, maka A Lan menerima tantangan ini untuk mengajaknya menjadi komite. Hal pertama yang dilakukan A Lan ialah mengajaknya berkunjung ke keluarga penerima berkah. Walau semua anggota kelompok merasa tegang mengajak Zhang Qing-fu pergi bersama, tapi A Lan tetap merasa yakin padanya. Tapi apa yang dikhawatirkan para anggota kelompok akhirnya terjadi juga. Karena tidak sabar melihat kelakuan dari keluarga penerima berkah yang juga seorang pemabuk, Zhang Qing-fu pun memukulnya. Kejadian ini membuat situasi menjadi kacau. Saat anggota keluarga penerima berkah tersebut bertanya apakah benar Zhang Qing-fu adalah anggota Tzu Chi, para komite tidak ada yang berani menjawab. Tanggung jawab sebesar ini hanya A Lan sendiri yang berani memikulnya. Dengan yakin dia mengakui Zhang Qing-fu adalah anggota Tzu Chi, selain itu A Lan juga minta maaf atas apa yang terjadi.

Episode 56

Sepulang dari kunjungan, Ibu Xie sangat mencemaskan atas apa yang terjadi akan mengundang gunjingan dari anggota yang lain. Bahkan ada anggota yang menyarankan agar Zhang Qing-fu dilupakan saja, lebih baik jangan mengajaknya mengerjakan Tzu Chi lagi, termasuk mengumpulkan derma. Tapi keputusan A Lan malah sebaliknya, dia bukan hanya tidak marah pada Zhang Qing-fu malah memberinya semangat untuk terus mengkuti pekerjaan Tzu Chi dan mendengar ceramah Master. Saat mendengar ceramah Master, Zhang Qing-fu datang dengan bau arak yang menyengat sehingga mendatangkan gunjingan dari para pendengar. Tapi semua itu bukanlah masalah, karena setelah mendengar ceramah Master, Zhang Qing-fu jadi berubah. Di depan Master dia merasa sangat malu, oleh sebab itu dia berjanji akan berhenti makan pinang dan minum arak. Walau baginya itu hal yang sulit, tapi sedikit demi sedikit dia mengurangi minumnya. Bahkan diajak minum oleh temannya pun ditolak olehnya. Bukan hanya itu saja, dia juga sekalian menasihati temannya agar tidak makan pinang dan minum arak lagi. Perubahan dari Zhang Qing-fu membuat teman-temannya merasa kagum sekaligus heran.

Episode 57

Sebelum berangkat ke Amerika, A Lan berjanji akan membiarkan Zhang Qing-fu bebas minum arak jika dia sudah tidak tahan. Begitu pulang dari mengantar A Lan ke bandara, Zhang Qing-fu senangnya bukan main. Dia segera mengambil tiga botol bir beserta makanan pendampingnya. Tak disangka begitu meneguk, Zhang Qing-fu langsung memuntahkan birnya. Karena merasa heran, dia mencoba buka botol yang lain, hasilnya sama juga. Akhirnya berkat usaha dan kesabaran A Lan, Zhang Qing-fu berhasil bebas dari alkohol dan gaya hidupnya yang lama. Sepulang dari Amerika, Guang-yuan merencanakan imigrasi ke Amerika sesuai dengan permintaan anak-anaknya. Awalnya A Lan tidak setuju. Tapi apa boleh buat, seperti biasanya dia hanya bisa menuruti kemauan suaminya. Kegundahan imigrasinya belum selesai, bertambah satu pula kegundahan yang baru. Karena kelompok A Lan sudah banyak anggota maka Master menyarankan harus membentuk kelompok baru, agar para anggotanya bisa terbagi rata. Tapi hal ini membuat A Lan gundah. Selain banyak anggota kelompok yang tidak percaya dengan ketua kelompok yang baru ditunjuk, mereka juga tidak rela meninggalkan A Lan sebagai ketua kelompok mereka.

Episode 58

A Lan diminta tolong oleh keponakannya, Xiu-yan untuk berkunjung ke rumah anggotanya, Ying guang. Setiba rumah Ying-guang, A Lan melihat situasi suami Ying-guang yang suka pergi bersama teman-temanya dan Ying-guang yang merasa gundah dengan semua kelakuan suaminya ini. Oleh sebab itu, A Lan berusaha untuk mengundang suami Ying-guang untuk mendengarkan ceramah master. Sepulang dari rumah Ying-guang, A Lan dirampok oleh dua pemuda yang bersepeda motor. Saat itu A Lan langsung tergeletak hingga tangan dan kakinya terluka. Saat dimintai keterangan oleh polisi, A Lan malah membela perampok itu dan minta agar polisi tidak usah mempersoalkan masalah ini lagi. Hal ini membuat Guang-yuan kesal sekaligus marah padanya. Setelah beberapa hari istirahat, A Lan sudah merasa bosan dan terus mengingat pekerjaan Tzu Chi-nya. Oleh sebab itu, dia melepas kain kasa yang ada ditangannya dan berbohong pada Guang-yuan kalau lukanya sudah sembuh. Tapi Guang-yuan yang cerdik tidak termakan oleh tipu muslihatnya. Karena Guang-yuan melarangnya keluar rumah, maka A Lan menunggu sampai ada kesempatan untuk melarikan diri. Begitu Guang-yuan lalai, A Lan langsung keluar secara diam-diam. Saat pulang, A Lan lupa membawa kunci. Karena masih kesal, Guang-yuan tidak ingin membukakan pintu untuknya.

Episode 59

Saat sedang berkunjung ke rumah Ying-guang, An-ju, suami Ying-guang mendapat kabar bahwa ibu dari Direktur He, teman baiknya meninggal dunia. Bergegas A Lan ikut dengan An-ju untuk memberikan bantuan. Karena tersentuh oleh perhatian dan keramahan A Lan maka Direktur He menyumbangkan 1 juta dolar untuk membantu amal Tzu Chi. Melihat An-ju dan Ying-guang sudah lama ikut membantu pekerjaan Tzu Chi, maka A Lan menyarankan agar An-ju mandiri sendiri. Tapi Ying-guang menjelaskan alasan suaminya menolak untuk pekerjaan itu. Selain berjualan nasi ayam, suaminya juga masih harus menanggung beban keluarga serta kakaknya yang menderita kanker usus. Oleh sebab itu dia tidak ada waktu luang untuk menyetujui permintaan A Lan. Mendengar ucapan ini, A Lan berusaha mengumpulkan uang untuk membantu biaya pengobatan kakak An-ju dengan cara membuka arisan. Awalnya An-ju menolaknya, tapi setelah dinasihati panjang lebar akhirnya dia mau menerima juga. Suatu hari, timbul niat Direktur He untuk membelikan A Lan mobil. An-ju menasihati agar lebih baik mobil itu disumbangkan untuk Tzu Chi saja, jika untuk A Lan pribadi An-ju takut akan mengundang gunjingan orang. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Direktur He menemukan cara yang bagus. Mobil itu diatas namakan untuk An-ju, sedangkan An-ju bertugas untuk menjadi sopir kelompok A Lan kemanapun dia pergi.

Episode 60

Begitu mendengar Ying-guang segera melahirkan, A Lan bergegas ke rumah sakit. Karena hari masih belum terang maka Guang-yuan memutuskan untuk menemaninya pergi bersama. Sepulang dari rumah sakit, A Lan mendengar berita banyak orang yang menjadi badai topan yang terjadi beberapa hari itu. Begitu mendengar berita tersebut, A Lan yang belum sempat istirahat bergegas ke kantor penghubung untuk mendiskusikan masalah ini. Setelah A Lan pulang dari menolong korban bencana dan meninjau lokasi. Guang-yuan menyanjung-nyanjung kesigapan Tzu Chi didepan Guang-yuan. Guang-yuan bahkan tak segan menyumbangkan 100 ribu dolar untuk Tzu Chi. A Lan serasa tidak percaya dengan keputusan suaminya ini. Beberapa saat setelah masalah badai berlalu, akhirnya dari pusat memutuskan untuk membagi ulang semua kelompok yang ada di seluruh propinsi, agar disesuaikan dengan lokasi tempat tinggal masing-masing anggota kelompok. Karena merasa dirinya sudah tua, A Lan melepaskan para anggotanya pada ketua kelompok yang baru. Walau membuat keputusan ini tapi A Lan merasa sangat sedih. Dia berat meninggalkan para anggota dan hari-hari yang pernah dilewati bersama. Tapia pa boleh buat, dia terpaksa melakukan semua ini.”

Episode 61

Karena ingin terus menjadi sopir A Lan, An-ju berunding dengan istrinya jika tidak diijinkan tetap membantu A Lan maka mereka akan pindah rumah ke lokasi yang berdekatan dengan A Lan. Dia ingin tetap bergabung dengan A Lan. Karena tidak ingin merepotkan mereka, maka A Lan berjanji akan merundingkan masalah ini pada ketua kelompok mereka. Tapi masalah ini membuat A Lan diprotes oleh anggota yang lain. Walau begitu, Ying-guang dan An-ju tetap bersikeras ingin kembali ke kelompok A Lan. Akhirnya ketua kelompok mereka bersedia melepas mereka untuk tetap membantu A Lan. Setelah tidak menjadi ketua kelompok, Guang-yuan berpikir A Lan bisa menemaninya dirumah. Tapi kenyataannya berbeda dengan yang diharapkan Guang-yuan. Rumah mereka masih sama seperti dulu, masih banyak anggota yang dulunya bergabung di kelompok tiga datang berkumpul dengannya. Saat para kakak Tzu Chi berkumpul di rumah A Lan, kebetulan Wei-yi pulang ke Taiwan. Melihat A Lan begitu gembira mengerjakan Tzu Chi dan banyak yang hormat padanya, Wei-yi merasa ragu ingin mengajak ibunya imigrasi ke Amerika. Tapi pendapatnya berbeda dengan Yi-ling. Yi-ling justru ingin ibunya imigrasi ke Amerika agar ibunya bisa beristirahat sejenak.”

Episode 62

Suatu malam, saat Guang-yuan sedang lelap, A Lan memergoki seorang pencuri yang masuk ke rumahnya. Melihat pisau yang ditunjukkan, A Lan tidak takut sama sekali malah bertanya pada pemuda itu apa sedang dalam kesulitan. Saat Guang-yuan pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian ini, A Lan malah diam-diam mengajak pemuda itu pergi lewat pintu belakang rumahnya. Bukan hanya melepaskan pemuda itu saja, di saat pemuda itu mau mengembalikan uang curiannya, A Lan tidak mau malah memberinya uang lagi. Kesokan harinya A Lan menceritakan kejadian tersebut pada para anggota kelompoknya layaknya kejadian lucu saja. Guang-yuan dan Wei-Yi hanya bisa menggeleng kepala melihat kelakuan ibunya yang polos ini. Walau berat meninggalkan Taiwan, tapi A Lan terpaksa ikut Guang-yuan dan putranya ke Amerika. Setiba di sana, A Lan merasa tinggal di dunia lain. Dia tidak nafsu makan dan tampak tidak bersemangat. Hanya di saat menerima telepon dari Ibu Xie saja beliau merasa senang dan bercerita banyak.

Episode 63

Melihat A Lan murung setelah menerima telepon dari Ibu Xie, Guang-yuan tidak bisa menahan diri untuk menanyakan masalah sebenarnya dari Ibu Xie. Setelah tahu apa yang membuat A Lan gusar, Guang-yuan memutuskan untuk mengajaknya kembali ke Taiwan. Demi kebahagiaan A Lan, Guang-yuan melepaskan kesempatan baik untuk berimigrasi. Karena Guang-yuan tahu, selain keluarga hanya Tzu Chi-lah yang bisa membuatnya bahagia. Setiba di Taiwan, A Lan disambut oleh para kakak Tzu Chi dengan canda tawa yang selalu dirindukan olenya sewaktu berada di Amerika. Setelah puluhan tahun, akhirnya A Lan bisa mengajak Guang-yuan untuk ikut serta dalam kegiatannya. Dia mengajak Guang-yuan menikmati pemandangan kebun jeruk yang akan panen. Sambil memandangi pohon jeruk yang berusia ratusan tahun dan kerja sama dari para kakak Tzu Chi, Guang-yuan mendapatkan ketenangan. Akhirnya dia bisa mengerti mengapa A Lan begitu gembira dalam mengerjakan Tzu Chi. Hingga hari tuanya A Lan yang mengalami stroke masih membantu pekerjaan Master. Sedangkan suaminya, Guang-yuan meninggal karena kecelakaan lalulintas.


Ketabahan Hati ep.1 – 10

April 2, 2008

Wang Kuo Siung dan Mei Hua memiliki sebuah keluarga yang harmonis. Mereka dikaruniai tiga orang anak yang pintar dan patuh, Huei Fen, Cin Long dan Huei Cuin.

Tetapi kita tidak tahu kapan kehidupan seseorang akan berakhir, setelah berkali-kali selamat dari kecelakaan yang menimpanya akhirnya Kuo Siung pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya. Setelah kepergian Kuo Siung, Mei Hua harus bekerja keras untuk mencari nafkah dan menyekolahkan anaknya sampai tamat sesuai dengan harapan suaminya. Tapi masalah demi masalah datang silih berganti, putra satu-satunya mereka WangCin Long divonis menderita kanker tulang dan harus diamputasi. Keputusasaan dan perasaan sedih menyelimuti hati Cin Long, ibu, kakak serta adiknya.

Sampai akhirnya mereka datang kerumah sakit Ce Ci dan bertemu dengan insan Ce ci yang bernama Ming Yue.

Akankah Cin Long berhasil melawan penyakit yang merenggut nyawa itu dan mendapatkan kembali kepercayaan dirinya seperti semula??

 

Episode 1

 

Saat sedang bekerja Kuo Siung mengalami kecelakaan, dia tertimpa runtuhan batu. Kecelakaan ini menyebabkan 3 buah tulang rusuknya patah dan kemungkinan akan mengalami gegar otak. Kejadian ini membuat istri, anak serta ibunya yang sudah tua

menjadi panik. Setelah dirawat dirumah sakit selama 2 bulan, akhirnya Kuo Siung bisa pulang kerumah dengan selamat.  Tetapi setelah tiba dirumah dia berhadapan lagi dengan satu hal yang membuatnya sedih, yaitu rumah mereka sudah kehabisan uang. Melihat kejadian ini Kuo Siung yang belum sembuh total bersikeras untuk kembali bekerja. Tapi Mei Hua adalah seorang istri yang pengertian, selama ini 2 bulan ini dialah yang mencari nafkah untuk keluarga dan dia melarang Kuo Siung kembali bekerja sampai lukanya sembuh total. Selain itu putra mereka Cin Long juga sangat patuh, dia bekerja diladang mereka dan berusaha untuk memperbaiki atap rumah yang bocor. Atapu rumah tidak berhasil diperbaiki malah dia sendiri yang dimarahi habis-habisan oleh neneknya.

 

Episode 2

 

Kuo suing memang seorang ayah yang teladan, lukanya masih belum sembuh tapi sudah mengajak putranya, Cin Long untuk memanjat gunung. Di sepanjang perjalanan menuju ke puncak, Kuo Siung terus menceritakan pengalaman waktu kecilnya dan mengajari anaknya tentang arti sebuah kehidupan. Dia ingin putranya kelak menjadi orang yang tahu berterimakasih dan merasa beryukur dengan alam semesta ini. Dan dia jua bertekad akan memberikan anaknya pendidikan yang tinggi.

Karena mendapat nilai yang bagus saat ujian Cin Long mendapat hadiah kejutan dari ayahnya, sebuah sepeda yang sudah diidam-idamkan sejak lama. Karena rumah mereka sudah tua dan selalu bocor  maka Kuo Siung bertekad untuk membangun rumah baru dengan tangannya sendiri. 

 

 

Episode 3

 

Kematian tidak dapat dihindari oleh setiap manusia, kadang-kadang kita sering bertanya kenapa orang yang begitu baik cepat sekali meninggalkan dunia ini.

Inilah yang terjadi pada Kuo Siung, tidak lama sembuh dari kecelakaan yang dialaminya, dia kembali mengalami kecelakaan di pertambangan tempatnya bekerja.

Kali ini Kuo Siung tidak dapat lagi lolos dari kematian. Seluruh keluarganya tidak rela kehilangan dirinya, seorang putra, suami dan ayah yang begitu baik.

Karena tidak mau membebani Mei Hua, ibu Kuo Siung mengambil keputusan untuk pindah ke rumah anaknya yang lain.

Karena merasa sebagai putra satu-satunya dan anak yang berbakti, Cin Long merasa harus bertanggung jawab untuk menjaga keluarganya. Sepeda dari Ayahnya dia berikan pada adiknya, Hui Cuin sedangkan dia sendiri rela berjalan kaki untuk kesekolah.

Karena Kuo Siung meninggal saat bekerja, maka dia mendapatkan sedikit santunan dari perusahaan tempatnya bekerja. Walaupun jumlahnya tidak banyak tapi Mei Hua bertekad untuk tidak memakai satu senpun dari uang itu. Dia ingin menabung uang itu untuk biaya pendidikan anak-anaknya, sesuai dengan pesan terakhir dari suaminya, anak-anak mereka harus berpendidikan tinggi.

 

Episode 4

 

Mei Hua menjadi gusar karena tidak dapat pekerjaan, Mei Yi menyarankan dirinya untuk membuka sebuah usaha kecil dengan uang santunan dari perusahaan tempat suaminya bekerja sebagai modal. Tapi Mei Hua tidak ingin menggunakan satu sen pun dari uang itu.

Setelah dipikir-pikir mereka akhirnya menemukan sebuah usaha yang tanpa harus menggunakan modal besar, yaitu menjual jagung bakar.

Setelah melihat kemampuan bermain basket Cin Long, guru He menawarkannya untuk ikut serta dalam tim bola basket sekolah, tetapi Cin Long meragukannya, dia kahawatir ibunya tidak akan setuju. Tetapi pada akhirnya dia mendapatkan ijin dari ibunya dengan syarat prestasi nilainya tidak menjadi buruk.

Melihat ibunya menjadi seorang pengasuh bayi, Cin Long ingin sekali membantu ibunya mencari nafkah, Cin Long berencana untuk mencari pekerjaan sambilan.

 

Episode 5

 

Karena tidak berhasil membujuk ibunya, akhirnya Cin Long meminta tolong pada kedua bibinya untuk membantu membujuk ibunya. Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya ibu Cin Long memberi dia ijin untuk menjadi pekerja sambilan bersama kedua saudara sepupunya Yin Long dan Cheng Siung. Beberapa waktu setelah Cin Long berangkat, Mei Hua berpamitan pada kedua putrinya untuk bekerja di Hua Lien, dia berjanji akan pulang untuk menjenguk mereka dalam waktu beberapa hari.

Huei Cuin menjadi cemas menunggu ibunya yang tidak menepati janji untuk pulang, dalam waktu yang bersamaan ibunya sedang dirawat dirumah sakit karena terjadi gangguan pada rahimnya dan harus dioperasi.

Episode 6

 

Setelah mengetahui keadaan Mei Hua lewat telepon,  kakaknya pun segera berangkat kerumah sakit untuk menjenguknya. Karena tidak ingin anak-anaknya menjadi cemas, Mei Hua pun meminta pada kakaknya untuk merahasiakan hal ini. Dalam perjalan pulang kerumah Cin Long memandang tempatnya bekerja, selamanya dia tidak akan melupakan tempat pertama kali dia menghasilkan uang untuk ibunya.  Cin Long kembali membuat ibunya gusar, karena dia ingin ikut serta dalam tim pelari agar bisa membawakan api obor. Awalnya Mei Hua tidak mengijinkan Cin Long untuk ikut serta karena takut mengganggu pelajarannya, tapi akhirnya dia setuju karena Cin Long berjanji padanya kalau nilainya menjadi buruk maka dia akan meninggalkan tim basket dan tim pelari.

 

 

Episode 7

 

Saat sedang ikut audisi tim pelari, A kuang tertarik pada seorang gadis yang bernama Liu Chiung Ying. Dia meminta tolong pada Cin Long untuk mengantarkan surat cintanya. Karena Cin Long menolaknya akhirnya Yin Long mengubah nama pengirimnya, A Kuang menjadi nama Cin Long. Dia ingin setelah Liu chiung Ying membaca surat itu jadi marah dengan Cin Long. Tetapi malah sebaliknya Chiung Ying merasa senang bisa berteman dengan Cin Long.  Cheng She kembali menawarkan pekerjaan sambilan untuk mereka di daerah Miao Li. Karena tidak mau merasa bersalah pada suaminya, kali ini Mei Hua kembali melarang Cin Long untuk bekerja. Tetapi Cin Long berjanji padanya akan pulang tepat waktu untuk mengikuti ujian masuk SMU. Karena tahu tidak akan mungkin bisa melarangnya, akhirnya dia pun mengijinkan putranya untuk pergi. Karena ingin mencari uang yang lebih banyak lagi untuk ibunya akhirnya Cin Long mengingkari janjinya.

 

Episode 8

 

Karena takut disuruh pulang, Cin Long jadi takut menerima telepon dari ibunya. Karena tidak dapat berbicara dengan putranya lewat telepon akhirnya Mei Hua memutuskan untuk berangkat sendiri ke Miao Li mencari Cin Long. Tapi dia berhasil dibujuk oleh kedua kakaknya. Setelah ibunya memohon padanya, akhirnya Cin Long pulang. Tapi dia sudah tidak bisa ikut ujian masuk SMU negeri lagi, karena waktu ujiannya sudah lewat, yang tersisa hanya sekolah swasta She Wei. Walaupun biaya sekolahnya mahal, Mei Hua tidak peduli, dia tidak ingin anaknya berhenti sekolah satu tahun pun. Keluarga mereka kembali hidup terpisah karena Mei Hua harus bekerja di kawasan industri Mei Lun. Huei Fen dan Cin Long masing-masing tinggal diasrama sekolah sedangkan adik kecil mereka, Huei Fen tinggal di rumah bibi ketiganya.    

 

 

 

 

 

Episode 9

 

Karena ibunya tidak bisa pulang kerumah untuk berkumpul, Cin Long pun memutuskan pergi kepabrik marmer tempat ibunya bekerja untuk membantunya lembur. Karena rindu dengan Mei Hua akhirnya Huei Fen dan Huei Cuin juga datang ketempat tinggal ibunya di Desa Ta Cheng. Keluarga mereka kembali berkumpul menikmati sarapan pagi dengan penuh canda dan tawa. Melihat Cin Long yang begitu berbakti pada ibunya, Nyonya pemilik pabrik marmer itu jadi kagum dengan didikan Mei Hua, diapun sangat menyukai mereka dan berjanji akan memberi Huei Fen pekerjaan saat dia lulus sekolah nanti.

 

Episode 10

 

Begitu mengetahui ibunya sakit pinggang, Huei fen ingin ibunya berhenti bekerja, tetapi ibunya bersikeras untuk terus bekerja untuk mengumpulkan biaya sekolah untuk Cin Long dan Huei Cuin. Melihat keadaan ibunya yang begitu lelah, Cin Long memutuskan untuk pindah ke kelas persiapan kerja, agar bisa membantu ibunya mencari uang. Saat sedang main bola basket Cin Long tiba-tiba merasa kakinya sakit, tadinya dia hanya mengira luka ringan karena olahraga saja, tetapi sakitnya bertambah parah dan tidak sembuh-sembuh. Mei Hua merasa senang karena Huei Fen mengajak teman prianya pulang kerumah, seorang pemuda yang berprofesi sebagai seorang polisi, Cou Cia Liang.


Menggapai Harapan ep.41-50

April 2, 2008

Episode 41

Yue-rui, salah satu anggota kelompok A Lan akhir-akhir ini sedang mengalami masalah dengan ibu mertuanya. Dia dan suaminya bekerja di kota, tapi ibunya tidak mau ikut tinggal bersama mereka dengan alasan tidak ada yang merawat kebun jeruk yang sudah dirawatnya turun temurun. Melihat anggota kelompoknya begitu serba salah akhirnya A Lan berjanji akan membantu mengurus kebun jeruk itu. Dengan semangat A Lan minta semua anggota kelompoknya untuk turun tangan. Karena kebun jeruk tersebut luas dan banyak tanjakan, A Lan dan anggota kelompoknya hampir mati kelelahan. Walau  begitu, A Lan tidaklah mengeluh, dia bahkan ingin terus mengerjakannya. Melihat A Lan begitu tulus membantu, Yue-rui dan suaminya memutuskan untuk menyumbangkan semua hasil panennya pada yayasan Tzu Chi. Tentu saja A Lan senang mendengar hal ini. Tapi Yue-rui memintanya untuk merahasiakan hal ini pada ibu mertuanya. Karena selama ini ibu mertuanya sangat hemat dan lagi pula kebun jeruk itu adalah peninggalan leluhur mereka, jika ibu mertuanya tahu hasil panen akan di sumbangkan pasti beliau takkan setuju. Oleh sebab itu, Yue-rui minta agar untuk sementara A Lan jangan memboccorkan rahasia ini dulu. A Lan sendiri merasa tidak enak karena harus berbohong pada orang tua. Tapi demi membantu, A Lan terpaksa menuruti kata-kata Yue-rui.

Episode 42

Setelah bekerja keras akhirnya A Lan bisa panen buah jeruk. Dengan senang A Lan membungkus dan memperkenalkan buah jeruk yang dirawat mereka. Semua ini karena A Lan ingin membantu mengumpulkan uang untuk membantu pekerjaan Tzu Chi. Setelah panen kedua, ibu mertua Yue-rui tahu hal yang sebenarnya. Oleh sebab itu dia mengajak A lan untuk membicarakan hal ini. Karena sudah lama berbohong, A Lan jadi takut menghadapi ibu mertua Yue-rui. Tapi melihat tindakan A Lan dan anggota kelompoknya selama ini, ibu mertua Yue-rui bukan hanya tidak marah, tapi beliau juga rela menyumbangkan hasil panennya untuk Tzu Chi. Setelah masalah kebun jeruk selesai, A Lan mendapat kabar bahwa istri Wei-yi sudah akan melahirkan. Oleh sebab itu Wei-yi minta agar A Land an Guang-yuan menyempatkan diri menjenguk mereka di Amerika. Awalnya A Lan merasa bingung harus melepas pekerjaannya di Taiwan, tapi karena ingin memeluk cucu emas mereka, akhirnya dia berangkat juga. Tapi setiba di sana, hati A Lan tidak pernah tenang, hampir setiap saat dia menelepon Nyonya Xie untuk menanyakan kabar di Taiwan. Sejak awal Guang-yuan sudah menebak kalau A Lan pasti sedang mencemaskan pekerjaan Tzu Chi-nya. Tapi karena tidak enak hati, A Lan tetap menyembunyikan kecemasannya.

Episode 43

Karena tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya di Taiwan, akhirnya A Lan minta pulang. Hal ini tentu saja membuat Guang-yuan tidak senang sekaligus kecewa. Setelah menyelesaikan tugasnya di Tzu Chi, supaya meredakan amarah Guang-yuan A Lan berjanji pada Guang-yuan akan menemaninya di Xinying untuk beberapa hari. Baru saja Guang-yuan merasa senang karena bisa makan bersama istri dan Xiao-ling yang mengajak serta suaminya, tiba-tiba A Lan mendengar berita bahwa ada sebuah pabrik yang meledak di Taizhong. Tanpa berpikir panjang, A Lan bergegas lari ke depan TV. Setelah mendengar kabar itu dengan jelas, A Lan minta pada menantunya agar segera mengantarnya ke RS tempat para korban dirawat. Guang-yuan kebakaran jenggot mendengar hal ini, tidak gampang dia bisa berkumpul dengan keluarganya malah dirusak oleh A Lan. Karena tidak bisa menolak, menantunya pun segera mengantarnya ke rumah sakit tersebut. Guang-yuan dan Xiao-ling hanya bisa pasrah melihat kepergian mereka.

Episode 44

Begitu mendengar guru ingin menjalankan misi pelestarian lingkungan, A Lan lah orang yang paling senang. Dengan giat dia ikut mengerjakan pelestarian lingkungan, dia juga mempengaruhi orang-orang disekitarnya untuk ikut membantu melestarikan lingkungan dengan misi pelestarian lingkungan ini. Misi guru semakin hari semakin meluas bahkan banyak yang mendengarkan dharma di Griya.  Ada penambahan anggota seharusnya hal yang menggembirakan, tapi A Lan dan para komite lainnya kewalahan menghadapi anggota baru yang bernama Shu-lian. Saat Master sedang membahas masalah dengan rekannya, Shu-lian mengajak teman-temannya menyelonong masuk dan langsung bilang pada Master bahwa dia ingin di Vishudi. Hal ini menjadi bahan pembicaraan, banyak yang menganggap kelakuan Shu-lian tidak sopan. Tapi seperti biasanya, A Lan tetap saja membelanya. Bukan hanya itu saja, dengan seenaknya Shu-lian juga mengenakan seragam yang seharusnya di pakai oleh seorang komite. Saat dinasihati, Shu-lian sama sekali tidak mau mendengar, dia malah marah-marah. Semua anggota menjadi kewalahan menghadapi Shu-lian dan teman-temannya.

Episode 45

Suatu hari A Lan mendapat kabar bahwa Master ingin memberi pertolongan pada korban bencana banjir di Tiongkok. Agar lebih cepat mendapatkan uang derma, A Lan dan para ketua kelompok lainnya memutuskan untuk mencari sumbangan di jalanan. Karena belum ada pengalaman mencari sumbangan dengan cara ini, maka para anggota A Lan hanya bisa berdiri ditapi jalan atau pun di depan toko orang lain. Karena merasa malu, mereka juga tidak mau berteriak dengan suara yang kencang. Saat mencari sumbangan, mereka juga sempat dicurigai dan dimarahi oleh orang yang berlalu lalang. Hal ini disebabkan oleh perpecahan yang terjadi waktu dulu. Mereka menganggap tidak perlu mengasihani orang Tiongkok. Oleh sebab itu, uang derma yang mereka dapat sedikit sekali. Melihat hal ini, A Lan dan para ketua kelompok kembali berunding mencari jalan keluar. Akhirnya mereka dapat satu jalan keluar, yaitu membuka bazar amal.

Episode 46

Setelah dirundingkan akhirnya A Lan mengambil sebanyak 25 stand bazaar yang dibagi menjadi 25 kelompok. Karena ingin menunjukkan kemampuannya, Shu-lian sendiri ingin memborong 10 stand. Tapi A Lan hanya memberinya 5 stand karena merasa yang lain juga ingin membantu misi ini. Saat menjalankan bazaar amal ini, ada salah seorang anggota A Lan yang merasa dirinya tidak mampu membantu sama sekali, bahkan memotong sayur pun tidak bisa. Saat diberi kupon sebanyak 60 ribu dolar untuk dijual, Yan-qin langsung merasa tegang sampai penyakit lambungnya kambuh. Karena tidak enak buka mulut untuk menawarkan kupon pada orang lain.Yan-qin dan suaminya rela mengeluarkan isi kantong sendiri untuk membeli kupon sebanyak 60 ribu itu, kemudian mereka akan bagikan pada anggota derma dan kerabat dekat mereka. Untuk menghemat 60 ribu ini, Yan-qin yang sedang tidak sehat terpaksa mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Saat menjenguk mereka, melihat situasi ini A Lan banyak memberi nasihat juga banyak menceritakan pengalaman saat pertama kali dia bergabung di Tzu Chi.  Karena cerita ini, Yan-qin dan suaminya jadi percaya diri kembali. Akhirnya kupon 60 ribu tersebut bukan hanya terjual habis, tapi Yan-qin juga ingin mengambil kupon baru untuk dijual.

Episode 47

Karena bazaar amal kelompok A Lan berjalan dengan lancar, maka Shu-lian mebuat keputusan sendiri untuk buka stand bazaar baru. Rencananya ini hampir ditolak semua angora kelompok ketiga. Mereka merasa Shu-lian terlalu mengada-ada. Disaat semua masih lelah, dia malah menganjurkan membuka bazaar amal baru. Mengenai hal ini, A Lan merasa bingung harus mengambil keputusan apa. Membuka bazaar untuk menolong korba bencana tentu saja membuatnya senang, tapi dibalik semua ini dia juga sulit mempertanggung jawabkan dan mejelaskan hal ini pada anggota kelompok yang menolak rencana ini. Sikap Shu-lian selalu berterus terang, apa adanya dan mandiri. Begitu tahu rencananya tidak mendapat sambutan baik dari teman-temannya, dia memutuskan untuk mengerjakannya sendiri. Disaat genting seperti ini, sebagai ketua kelompok, A Lam berusaha untuk meredakan masalah. Sambil menangis kecewa, A Lan memberi nasihat pada para anggota kelompoknya. Selama ini, anggota kelompok ketiga semuanya sangat hormat dan sayang pada A Lan. Melihat ketua kelompoknya sedih, para anggotanya juga merasa sedih juga. Akhirnya beberapa dari anggota tersebut untuk mengambil andil dalam bazaar yang direncanakan Shu-lian tersebut.
Episode 48

Dengan semangat pantang mundurnya A Lan terus membujuk para anggota yang pernah ebrseteru dengan Ahu-lian untuk membantu bazaar amalnya. Melihat ketulusan A Lan, maka beberapa anggota yang tadinya tidak begitu setuju juga ikut ambil bagian. Tidak disangka bazaar atas ide Shu-lian berjalan dengan lancar, walau pada saat itu angin sedikit kencang, tapi hampir semua yang dijual di bazaar tersebut habis. Karena belakangan ini sedang sibuk masalah korban bencana Tiongkok, salah seorang anggota kelompok A Lan, Xue zhu, mendapat peringatan dari kakaknya, Lin Cai-xiu yang selama ini melarangnya mengerjakan Tzu Chi. Bukan hanya ini saja, bahkan menatunya, Gui-hong yang selama ini ingin sekali bergabung dengan Tzu Chi juga dilarangnya. Tapi selalu ada kesempatan bagi yang ingin berjalan dikebenaran. Karena kekurangan mobil, maka Xue-zhu minta bantuan Gui-hong untuk mengantar anggota kelompok ketiga ke kunjungan. Melihat A Lan yang begitu sabar dan berani menghadapi para keluarga tidak mampu tersebut, hati Gui-lan semakin terpanggil untuk bergabung. Tanpa peduli dengan mertuanya, akhirnya Gui-hong bergabung di Tzu Chi dan menjadi komite.

Episode 49

Setelah tahu Gui-hong jarang buka toko dan menghabiskan waktunya mengerjakan Tzu Chi, Lin Cai-xiu marah besar dengan menantunya ini. Apalagi setelah tahu Gui-hong ingin mengambil tarikannya dengan membayar bunga yang cukup besar, Liu Cai-xiu bahkan menyinggung Tzu Chi merusak Gui-hong. Karena tidak terima ibu mertuanya menjelek-jelekkan nama Tzu Chi, Gui-hong pun marah dan bertengkar dengannya. Tadinya setelah mendengar nasihat A Lan, Gui-hong ingin bersabar dan ingin baikan kembali dengan ibu mertuanya. Tapi Gui-hong tetap saja tidak dihirau ibu mertuanya yang keras kepala itu. Karena tidak ada cara lain, Gui-hong hanya bisa minta tolong pada A Lan. Melihat situasi yang semakin runyam, akhirnya A Lan memenuhi permintaan Gui-hong dan memberanikan diri bertemu dengan Lin Cai-xiu. Tapi setelah menguping pembicaraan A Lan dan Lin Cai-xiu, Shu-lian dan Xue-zhu merasa tidak ada harapan sama sekali. Karena mereka berdua hanya bercerita tentang susahnya kehidupan yang pernah mereka jalani, sama sekali tidak mengungkit Tzu Chi. Gui-hong sendiri juga merasa dia sudah minta tolong pada orang yang salah. Tapi A Lan selalu ada akal menghadapi orang-orang seperti ini. Kenyataannya, beberapa waktu kemudian Lin Cai-xiu bersedia ikut membantu di kelompok A Lan.

Episode 50

Setelah diajak ikut kunjugan ke penjara dan mendengar cerita A Lan, akhirnya pintu hati Lin Cai-xiu terbuka. Dia sadar bahwa mengerjakan Tzu Chi tidak akan membuat kehidupan keluarga adik perempuan dan menantunya berantakan, melainkan akan semakin rukun karena welas asih. Dengan tenang Lin Cai-xiu membiarkan mereka mengerjakan Tzu Chi. Karena yayasan Tzu Chi sudah mulai berkembang dan banyak relawan muda yang bergabung, maka semakin banyak pula prosedur yang harus dijalani. Ingin mengajukan kasus saja A Lan disuruh mengisi formulir yang sudah disiapkan. Begitu juga dengan dana bantuan, A Lan harus menjelaskan dengan seksama keadaan keluarga tidak mampu tersebut dalam sebuah laporan. Setelah itu baru dirundingkan berapa besar dana yang harus diberikan untuk satu bulannya. Mengenai hal ini, A Lan selalu kesulitan, karena dia kurang bisa menulis dan membaca. Memimpin rapat saja dia tidak bisa membaca dengan baik, bahkan selalu mengulang-ngulang perkataan yang pernah diucapkan. Setelah lama mengerjakan Tzu Chi, kali ini A Lan baru merasa lelah, tapi dia tidak mau mengungkapkan apa-apa di depan Xiao-ling dan Guang-yuan. Dia hanya menyimpan semuanya dalam hati.


Menggapai Harapan ep.31 – 40

April 2, 2008

Episode 31

Sejak A Song, pemilik kasino itu ditangkap polisi, A Lan hidup dengan tenang. Dia tidak perlu mencemaskan hutang-hutangnya pada A Song lagi. Tapi masalah demi masalah selalu menghampirinya. Didepan pagar rumahnya, A Lan bertemu dua pemuda asing yang mengaku dari pihak keuangan A Song. Semua hutang yang tadinya A Lan anggap sudah lunas, kini terungkit kembali. Bahkan bertambah banyak dari hutang awal, karena bunga yang terus bertambah. Hutang yang hanya ratusan ribu kini menjadi jutaan. Setelah menguping tanpa sadar pembicaraan ini, A Zhu segera melaporkan apa yang dia dengar pada Yi-ling. Karena ingin membantu ibunya, Yi-ling juga pernah mencari kantor dari pihak penagih, tapi tetap saja tidak bisa merubah apa-apa. Yi-ling bahkan diberi lihat semua dokumen pinjaman yang telah ditandatangani ibunya. Kali ini, masalah yang dihadapi A Lan, benar-benar sudah membuat susah keluarganya. Guang-yuan yang selalu bersabar terhadap perbuatan A Lan, kali ini tidak bisa membendung kekesalan dan amarahnya. Dia lebih memilih keluar dari rumah daripada harus bertatapan dengan A Lan.

Episode 32

Walau setelah ditemui Wei-yi dan Yi-ling penagih hutang tersebut menurunkan bunganya, tapi tetap saja keluarga Guang-yuan tidak sanggup membayarnya. Setelah berunding, Wei-yi memberi saran untuk menjual rumah yang mereka tinggali sekarang. Tapi adik beradik itu tidak tahu harus bagaimana menyampaikan keputusan ini pada ayahnya. Karena hutang tersebut tidak bisa ditunda lagi, maka adik beradik tersebut memutuskan menjual rumah tanpa sepengetahuan ayah mereka. Setelah rumah dijual, A Lan dan anak-anaknya pindah kerumah kontrakan yang kecil. Rumah kecil itu bahkan tidak bisa menampung barang-barang yang dipindahkan dari rumah lama. Karena mengesali perbuatannya, A Lan  hanya bisa melampiaskan semuanya pada tangisannya. Sepanjang hari dia duduk dirumah kontrakannya tanpa tahu harus berbuat apa. Merasa suasana hati sudah agak baikan, Guang-yuan memutuskan untuk pulang menjenguk keluarganya. Tapi saat masuk kerumahnya, Guang-yuan serasa tidak percaya rumah itu telah kosong. Satu-satunya orang yang terlintas dipikirannya saat itu adalah Yi-ling, putrid sulungnya. Guang-yuan bergegas pergi ke sekolahan untuk menanyakan permasalahan ini pada Yi-ling.

Episode 33

Saat tiba dirumah kontrakan mereka, Guang-yuan merasa sangat kesal, dia merasa tidak rela kehilangan rumahnya sendiri. Sedangkan A Lan sendiri menjadi sangat tertutup, dia tidak lagi membantu pekerjaan Tzu Chi walau teman-temannya datang menjemputnya. Satu-satunya orang yang bisa mengajaknya keluar adalah Nyonya Xie, itu juga karena Yi-ling yang minta tolong padanya. Sebagai seorang anak, Yi-ling merasa kecewa, karena Nyonya Xie lebih mengerti ibunya daripada dirinya sendiri. Tapi dirumah kontrakan baru itu, A Lan bisa memanfaatkan waktunya untuk menasihati tetangga yang selalu bertengkar dan memarahi anaknya. Bukan hanya memberi nasihat, A Lan juga telah menyelamatkan jiwa ibu dan anak itu. Baru saja merasa tenang, tiba-tiba pemilik rumah kontrakan itu minta A Lan untuk pindah karena putranya akan menikan dan ingin menempati rumah itu. Walau Yi-ling tidak setuju, tapi  A Lan memutuskan untuk mengalah. Saat pindah rumah, A Lan dibantu oleh teman-teman Tzu Chi dan anak-anaknya, tapi hati A Lan merasa hampa. Disaat-saat seperti ini, A Lan rindu sekali dengan Guang-yuan. Karena merasa bukan rumah sendiri, bahkan saat perayaan Imlek pun, Guang-yuan tidak ingin bersatu dengan keluarganya.

Episode 34

Berkat dukungan dari teman-temannya, A Lan kembali aktif di Tzu Chi. Karena ingin memulai hidup baru, A Lan mulai memakai pakaian yang sederhana, bahkan disamping jalan dia disangka penjual sayur. Walau disayangkan, tapi baju-bajunya yang dulu, dia sumbangkan pada orang lain. Tapi sayang sekali, saat mengumpulkan sumbangan, beberapa anggota lamanya tidak ingin menghentikan sumbangan mereka. Karena mereka sempat mendengar tentang kabar buruk A Lan. A Lan merasa menyesal sekali atas perbuatan yang pernah dia lakukan sebelumnya. Bahkan bertemu teman pria Yi-ling pun dia menjadi malu dan rendah diri, apalagi saat pertemuan pertama A Lan mengenakan baju yang begitu sederhana.  Saat mulai aktif kembali di Tzu Chi, A Lan mendengar ada sebuah kasus yang rumit, yaitu keluarga Liao bukan hanya tidak mau menyumbangkan dananya bahkan curiga kalau mereka adalah pembohong. Setelah mendengar Guru di curigai orang, A Lan bergegas minta diantar ke rumah tuan Liao tersebut. Sebelum tuan Liao keluar, A Lan tidak beranjak sedikitpun. Hingga berhari-hari kemudian, akhirnya A Lan diberi kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Stelah mendengar penjelasan dari A Lan, dengan tanpa ragu Tuan Liao membuka selembar cek untuk disumbangkan.

Episode 35

Melihat Yi-ling begitu susah mengumpulkan uang untuk biaya sekolah Wei-yi ke luar negeri, A Lan merasa tidak tega. Kebetulan saat itu, ada seorang temannya yang ingin mencari pramuniaga toko. Awalnya pemilik toko itu merasa A Lan hanya bercanda saja, tapi tidak sangka A Lan benar-benar serius. Setelah disepakati, keesokan harinya A Lan berangkat ke toko tersebut dengan dandanan yang rapi. A Lan pikir, pekerjaan toko hanya biasa-biasa saja, tapi karena toko tersebut juga menjual secara glosiran, maka A Lan harus mengangkat-angkat barang dari dalam keluar toko. Sepulang dari toko, A Lan merasa sekujur tubuhnya pegal-pegal, ternyata menjaga toko lebih susah dari pada menjenguk keluarga tidak mampu. Berkat jerih payah Yi-ling dan adik-adiknya, akhirnya Wei-yi bisa sekolah di luar negeri dan akhirnya menikah di sana. Tidak lama setelah Wei-yi menikah, Yi-ling juga dilamar teman prianya. Karena ada pelebaran dari pemerintah, maka tanahnya yang di jalan Zhonggang berhasil dijual dengan harga yang tinggi. Dari uang tersebut, A Lan memutuskan untuk membeli rumah yang bertetanggaan dengan mertua Yi-ling. Di hari pernikahan Yi-ling, A Lan baru merasakan betapa besarnya pengorbanan Yi-ling terhadap keluarganya dalam beberapa waktu ini.

Episode 36

Saat teman-teman Tzu Chi A Lan sedang berunding siapa yang ingin menjadi ketua kelompok secara sukarela, A Lan langsung mengajukan diri. Tapi dia tidak mendapat kepercayaan dari teman-temannya bahkan guru Hong yang menjadi pembimbing mereka. Mendengar dirinya tidak ditermia dengan tangan terbuka, A Lan merasa kecewa. Selama ini dia telah mati-matian membantu pekerjaan Tzu Chi, tapi yang dia dapat malah kekecewaan. Setelah dipikir dengan matang, akhirnya A Lan ngotot bertekad ingin menjadi ketua kelompok. Tapi saat hendak bagi tugas, A Lan malah tegang, dia berharap tidak mendapat tugas apa-apa. Begitu selesai bagi tugas, kelpmpok A Lan mendapat tugas memasak. Saat kepasar membeli sayuran, A Lan kebingungan mau beli berapa banyak, untung saja penjual sayur itu mengenal Tzu Chi jadi memberinya harga murah. Disaat semua anggota kelompoknya sedang sibuk, A Lan malah mengijinkan anggota kelompoknya menolong kelompok yang lain, Li-hua di tinggal didapur memasak sendirian. Serelah acara selesai, Li-hua menasihatinya agar lebih tegas sedikit, karena jika tidak, anggota kelompoknya akan lari semua. Tapi didalam hari A Lan dia hanya ingin membantu, jadi dia tidak mempermasalahkan semua ini.

Episode 37

Saat tersesat di bukit, secara tidak sengaja A Lan dan anggota kelompoknya bertemu dengan satu keluarga yang benar-benar memprihatinkan. Dengan alasan mencari kerja di kota, suami ibu Pan tidak pernah pulang lagi. Dia meninggalkan ibu Pan dan kedua orang anaknya diatas bukit yang terpecil. Mereka tinggal dirumah yang jelek dan hidup apa adanya. Tidak ada listrik dan perabot rumah tangga.  Jika lapar, ibu Pan hanya bisa mengajak anak-anaknya memetik buah dihutan. Untuk ke bukit itu, A Lan dan anggotanya harus menempuh perjalanan yang membahayakan. Awalnya  A Lan pikir, kunjungan berikutnya para anggotanya pasti sudah tidak mau ikut. Tapi satu persatu dari mereka terpengaruh oleh welas asih A Lan dan kegigihannya. Sesulit apapun mereka bersedia mendampingi dan membantu A Lan. Sebelum mengajukan permohonan uang santunan dari yayasan, seperti biasanya A Lan mengeluarkan isi kantongnya sendiri untuk membeli keperluan untuk ibu Pan. A Lan bahkan ingin memberikan semua peralatan masaknya pada ibu Pan. Tapi A Lan mengurungkan niatnya karena menurut Yi-ling ayahnya pasti akan marah besar setelah tahu hal ini. Walau A Lan sering mengerjakan sesuatu tanpa melalui akal sehat, tapi yang dia lakukan adalah demi kebahagiaan orang lain. Oleh sebab itu juga, para anggotanya membantunya dengan senang hati dan tanpa terbebani.

Episode 38

Setelah rumahnya direnovasi dan sudah ada listrik, ibu Pan memutuskan untuk pindah rumah. Tidak tahu pindah kemana, menurut pihak kepolisian dia pindah ke Taipei. Sebelum pergi, ibu Pan juga titip pesan pada polisi yang bertugas menjaga pintu masuk bukit itu agar menyampaikan rasa terimakasihnya pada segenap insan Tzu Chi. Walau miskin, tapi ibu Pan merasa dirinya masih punya harga diri, selama masih ada sepasang tangan, dia ingin berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dia juga bilang, kelak jika anak-anaknya sudah dewasa, dia ingin mereka juga bisa membantu orang seperti kakak-kakak Tzu Chi yang sering mengunjunginya ini. Mendengar ibu Pan begitu percaya diri, A Lan merasa sangat terharu. Setelah puluhan tahun mengajar di Penghu, akhirnya Guang-yuan dimutasi kembali ke Taipei. A Lan merasa bimbang dengan kepulangan suaminya, karena dia takut Guang-yuan melarangnya mengerjakan Tzu Chi. Tapi dia merasa sedikit lega karena Guang-yuan tinggal di asramanya. Merasa uang yang diberikannya pasti tidak akan mencukupi kebutuhan A Lan yang sudah menjadi ketua kelompok,  Guang-yuan pun menambahkan 10 ribu dolar lagi untuk biaya hidupnya. Tapi kebaikan Guang-yuan itu ada syaratnya, dia ingin dalam sebulan A Lan bisa menemaninya di asrama barunya selama 10 hari. Jika tidak datang sehari, maka uangnya akan dipotong 2 ribu dolar. Mengahadapi suaminya ini, A Lan hanya bisa menghela napas.

Episode 39

Selama puluhan tahun A Lan membujuk Nyonya Xie untuk menjadi komite, namum belum ada hasil sama sekali. Dulu Nyonya Xie berjanji padanya tunggu anaknya dewasa dan sudah berkarir dia baru akan menjadi komite, hingga sekarang Nyonya Xie sudah menggendong cucupun masih belum ingin menjadi komite. Walau Tuan Xie tidak pernah melarang A Lan mengajak istrinya mengerjakan Tzu Chi, tapi Tuan Xie tidak ingin istrinya seperti A Lan yang sudah menganggap pekerjaan Tzu Chi sebagai bagian dari hidupnya. Suatu hari saat bertemu Master, dengan keputusan sepihaknya A Lan memberitahu Master bahwa Nyonya Xie ingin dilantik sebagai komite. Setelah tahu hal ini, Nyonya Xie sangat cemas, dia tidak tahu bagaimana harus memberitahu suaminya. Dugaan Nyonya Xie benar, suaminya marah-marah bahkan tidak mengijinkannya pulang kerumah jika dia benar-benar dia jadi komite. Saat mengukur badan untuk membuat baju komite, A Lan telepon berkali-kali menyuruhnya hadir, tapi Nyonya Xie tidak berani keluar rumah. Setelah lama merenungi ceramah Master yang pernah dia dengar secara tidak sengaja. Tuan Xie mulai merasa ada kebenaran dibaliknya. Akhirnya disaat-saat terakhir, saat mengangkat telepon A Lan dia berjanji pada A Lan akan mengantar  istrinya ke sana dengan tepat waktu. Akhirnya hal yang sudah lama ditunggu A Lan terjadi juga. Dia senang sekali melihat sahabatnya ini berjalan di jalan yang sama dengannya.

Episode 40

Sejak Nyonya Xie berhasil diajak menjadi komite, A Lan semakin semangat mengerjakan Tzu Chi. Sepanjang siang dan malam, A Lan tidak pernah berhenti menanyakan kabar entah itu anggota dermanya ataupun anggota kelompoknya. Saat ingin membayar iuran telepon, Yi-ling terkejut melihat tagihannya. Tagihan yang tadinya hanya sedikit bertambah sebanyak tiga kali lipat. Setelah melihat bukti tagihan, A Lan baru sadar ternyata selama ini dia sudah banyak menelpon anggotanya. Walau terkejut melihat tagihan tersebut, tapi A Lan merasa patut melakukan semua ini. A Lan memang giat dalam mengerjakan Tzu Chi, tapi sebagai ketua kelompok, A Lan terlalu lemah dan kurang tegas. Semakin hari anggota kelompoknya semakin berkurang. Saat giliran bertugas, semakin sedikit yang datang. Kadang hanya A Lan sendiri yang mengerjakan semua tugas-tugas itu. Para anggotanya bisa dengan alasan yang ringan untuk menolak pembagian tugasnya. Tapi A Lan yang selalu lebih mementingkan masalah orang lain, tidak pernah mengeluh tentang semua ini. Walau sendirian, dia masih bisa mengerjakannya sendiri.


Menggapai Harapan ep.11-20

Maret 11, 2008

Episode 11
Penyakit ibu A Lan semakin parah, saat A Lan pergi menjenguknya dia memberi A Lan seikat uang dari hasil penjualan payung yang ditabungnya. Sebelum meninggal, ibu A Lan berpesan agar A Lan harus menjaga Guang-yuan dengan baik. Dia sadar, Guang-yuan tidak begitu menyukainya karena pengetahuannya yang sempit. Tapi dia sangat mengerti kalau Guang-yuan sayang pada A Lan. Sepulang mengajak Yi-ling beli seragam sekolah, A Lan melihat seorang pengemis, karena merasa kasihan A Lan memberinya memberinya uang. Tapi kebaikan A Lan ini diprotes oleh Guang-yuan, dia merasa A Lan terlalu polos. Karena tidak mencari tahu dulu pengemis itu benar-benar miskin atau hanya berpura-pura. Saat melewati kios peramal, A Lan sempat mampir untuk menanyakan sifat suaminya. Kata peramal, Guang-yuan sangat pelit, seumur hidup A Lan jangan harap bisa mendapatkan uang darinya. Tapi peramal itu memberi dukungan pada A Lan untuk mencari uang sendiri, karena sebelum berumur 40 tahun, nasib baik masih berpihak pada A Lan. Oleh sebab itu, A Lan semakin senang main Mahjong. Karena saat main Mahjong dia selalu menang.

Episode 12
Agar A Lan bisa berhenti berjudi, Guang-yuan membuka Toko untuknya. Karena toko payung A Lan sudah lama ditutup, maka Guang-yuan meminjam pada ayah mertuanya untuk membuka Toko. Saat peresmian Toko, banyak sekali tamu yang hadir, termasuk teman-teman berjudinya. Meminjam kesempatan ini, Guang-yuan langsung menyatakan kepada teman-teman berjudi A Lan, bahwa jangan mengajak A Lan berjudi lagi, karena banyak yang harus dikerjakannya. Tapi A Lan tidak bisa terlepas dari teman-temannya itu, mereka tetap saja memaksa A Lan untuk bermain bersama mereka. Suatu hari, dia diajak pergi main Mahjong ke tempat lain oleh salah seorang temannya, awalnya A Lan menolaknya, tapi temannya itu memakai alasan bahwa ada yang ingin membeli rumah. Setelah pergi satu-dua kali, A Lan kembali ketagihan dan sering berkunjung kesana. Sampai-sampai, Tokonya ditinggal pada pembantunya. Kelakuan A Lan semakin membuat suaminya jengkel.

Episode 13
Karena bisnis Toko A Lan semakin sepi, maka A Lan minta agar Guang-yuan menutupnya. Awalnya Guang-yuan tidak setuju dan merasa A Lan kurang berusaha saja. Tapi setelah dinasihati Bibinya, akhirnya Guang-yuan sadar bahwa Toko itu memang sepi. Akhirnya Guang-yuan menutup Toko itu tanpa berunding dengan A Lan terlebih dahulu, selain itu Guang-yuan juga menyalahkan A Lan atas semua kerugian yang dialaminya. Karena tidak ingin dipandang rendah oleh Guang-yuan, A Lan gigih menjual rumah, bahkan dihari hujanpun dia masih menemani pelanggan melihat rumah. Suatu hari, paman Guang-yuan menawarkan Guang-yuan sebuah kesempatan yang bagus, hanya dengan 20 ribu dolar, Guang-yuan sudah bisa menjadi kepala sekolah. Karena tidak mau menggunakan uang pamanya, maka Guang-yuan menolaknya. Setelah berita ini sampai di telinga A Lan, A Lan ingin sekali membantunya. Dengan susah payah A Lan mengumpulkan 20 ribu dolar. Tapi Guang-yuan malah marah-marah dengan A Lan, dia pikir uang yang diberikan A Lan adalah hasil dari berjudi.

Episode 14
Akhirnya impian Guang-yuan menjadi Kepala sekolah tercapai juga, melalui hasil ujian, Guang-yuan berhasil menjabat sebagai Kepala sekolah SMP. Karena dapat fasilitas rumah dari pemerintah, Guang-yuan dan A Lan pindah kerumah baru. Tadinya A La ingin mengajak Ayahnya tinggal bersama, tapi Ayahnya menolak. Dirumah baru, A Lan tidak diizinkan berjudi. Karena dikekang terus, A Lan semakin ingin berjudi. Dalam mengajar anak-anaknya, Guang-yuan selalu diktaktor. Bermain gundu dan membaca komik pun anak-anaknya dihukum berlutut. Suatu hari, saat main Mahjong di rumah nyonya Shen, A Lan dan rekannya ditangkap polisi. Kebetulan sekali, polisi yang menangkap A Lan adalah mantan murid suaminya. Kali ini, Guang-yuan tidak menggunakan kekerasan, dia menghukum A Lan dengan menghafal buku. Jika tidak bisa menghafal, A Lan tidak dibiarkan keluar rumah. Saat sedang menjalani hukuman, tiba-tiba nyonya Shen datang minta tolong pada A Lan untuk bertemu dengan orang yang mau membeli rumahnya. Karena dipaksa terus, maka A Lan ikut denganya. Setiba didepan pintu rumah, kebetulan sekali Guang-yuan juga baru pulang. Begitu masuk, Guang-yuan dan A Lan bertengkar hebat.

Episode 15
Sebelum berangkat ke Taipei, Guang-yuan berpesan pada anak-anaknya agar belajar dengan giat. Tapi satu jam setelah keberangkatannya, A Lan langsung mengajak anak-anaknya keluar jalan-jalan dan membeli komik. Keesokan harinya, nyonya Shen dan teman-temannya langsung berkunjung kerumah A Lan dan mengajaknya main Mahjong. Di hari perayaan Imlek, Guang-yuan membagikan angpao untuk ke empat anaknya, tapi isinya bukan uang melainkan secarik kertas yang berisi masa depan anak-anaknya. Anak sulung menjadi Pengacara, ke-dua jadi Insinyur, ke-tiga jadi Akuntan dan ke-empat jadi Dokter. Guang-yuan ingin ke-empat jabatan penting ini ada di keluarganya. Saat sedang asyik bermain Mahjong, tiba-tiba A Lan dikejutkan oleh seorang temannya, katanya rumah A Lan kebakaran. Begitu pulang ternyata bukan rumahnya, tapi rumah orangtuanya. Ayah A Lan terpaksa harus berbaring dirumah sakit karena ini. A Lan baru saja berunding dengan Guang-yuan untuk membangun kembali rumah ayahnya, tapi belum sempat ter-realisasi, Ayah A Lan sudah meninggal. Karena tidak bisa menerima kepergian ayahnya, A Lan jadi tidak bersemangat dan selalu sedih.

Episode 16
Setelah sakitnya sembuh dan suasana hatinya membaik, A Lan diajak nyonya Shen main Mahjong lagi. Kali ini, Guang-yuan tidak ingin bersabar lagi, dia mengaitkan kunci gerbang sehingga A Lan tidak bisa masuk rumah. Karena kesal, A Lan pergi menginap dirumah nyonya Shen. Keesokan harinya, A Lan tidak mau mempedulikan Guang-yuan, bahkan makan bersamapun A Lan tidak rela. Kelakuannya membuat Guang-yuan semakin kesal. Di malam hari, A Lan pulang dengan penampila yang berbeda, dia mengenakan kacamata hitam. Karena merasa penasaran, maka Guang-yuan memaksanya untuk melepaskan kacamata hitamnya itu. Ketika dibuka, Guang-yuan terkejut melihat mata A Lan yang bengkak. Setelah ditanya, ternyata A Lan mengoperasi lipatan mata, supaya terlihat cantik. Sebenarnya A Lan melakukan semua ini demi nama baik Guang-yuan, jika ada yang memuji kecantikannya, ini juga akan membuat Guang-yuan bangga. Tapi Guang-yuan tidak mau tahu semua itu, dia merasa malu dan minta agar didepan orang-orang sebaiknya A Lan jangan mengaku istrinya.

Episode 17
Karena kesal pada suaminya, pagi-pagi A Lan sudah pergi kerumah nyonya Shen untuk mengajaknya main Mahjong. Kali ini bukan main dirumahnya sendiri, tapi nyonya Shen mengajaknya main ke Taipei. Sejak itu, A Lan sering pergi dan menginap beberapa hari di Taipei, keadaan seperti ini terus berlanjut selama enam tahun, sampai anak-anaknya dewasa. Sesuai dengan keinginan ayahnya, Yi-ling ikut ujian masuk jurusan hukum, tapi sedikitnya dia membuat Guang-yuan kecewa karena Yi-ling tidak berhasil masuk Universitas Taiwan. Karena tidak melepas putrinya sendirian di Taipei, A Lan menelepon teman-temannya yang ada di Taipei agar menjaga Yi-ling. Tapi kebaikan A Lan malah mendapat caci maki dari Guang-yuan, dia takut teman judinya akan merusak Yi-ling. Melihat ayah dan ibunya yang tidak pernah berhenti bertengkar, Yi-ling merasa berat meninggalkan rumah, dia takut kelak tidak ada dia ayah dan ibunya akan bertengkar lebih hebat lagi. Dengan berat dia pergi ke Taipei, tapi perasaannya membaik ketika melihat ibunya pergi mengantarnya.

Episode 18
Dirumah, A Lan sama sekali tidak ada hak untuk berbicara, Guang-yuan hanya mendengarkan kata-kata Yi-ling saja. Oleh sebab itu masalah nyonya Chen yang ingin putrinya mengajar di sekolah Guang-yuan bisa berjalan dengan lancar. A Lan baru saja ingin menyanjung putrinya dengan mengatakan ada Yi-ling dirumah semuanya beres, tapi kata-katanya ini di sela oleh Guang-yuan, dia malah mengatakan alangkah baiknya jika ibu tidak dirumah. Perkataan ini membuat A Lan kehilangan muka di depan anak-anaknya. Saat mengajak pelanggan melihat rumah, A Lan disadarkan oleh sepasang suami istri, bahwa anak-anak tidak akan selalu bersamanya. Kalau sudah dewasa mereka punya pekerjaan dan urusan sendiri. Kalau hal ini terjadi, A Lan tidak tahu kelak bagaimana dia melewati hari-hari berdua dengan Guang-yuan. Karena suntuk, A Lan pergi kerumah nyonya shen untuk mengajaknya maih Mahjong, tapi kebetulan sekali, nyonya Shen ingin ke Bar, diapun mengajak A Lan ikut bersamanya. Sepulang dari Bar, Li-hua melihat A Lan. Keesokan harinya, Li-hua pergi kerumah A Lan untuk menasihatinya. A Lan menjadi serba salah, di samping harus menjaga nama baik Guang-yuan, dia juga harus ikut mereka bersenang-senang karena urusan bisnisnya.

Episode 19
Melihat A Lan mengisi waktu luangnya dengan berjudi dan berteman dengan nyonya-nyonya tersebut, Li-hua menyarankan agar A Lan ikut berbuat kebajikan dengannya. Karena merasa tidak enak, maka A Lan pun berjanji akan ikut dengannya. Diperjalanan pulang, A Lan bertemu A Zhu. A Zhu menceritakan bahwa putri keduanya dimarahi oleh Guang-yuan karena minta beli baju renang yang baru. Tanpa berpikir panjang, A Lan bergegas pergi beli baju renang dan mengantarnya kesekolah. Tapi A Zhu melihat A Lan pulang dengan kecewa, putrinya menolak baju renang itu. Dimata anak-anaknya, A Lan hanyalah seorang ibu yang tidak pernah mengurus rumah. Malam sebelum pergi berbuat kebajikan, A Lan tidak dikasih pulang oleh teman-temannya, dia dipaksa berjudi dengan mereka sampai pagi. Tapi A Lan tidak mengingkar janjinya pada Li-hua karena hal ini. Walau dalam keadaan ngantuk dia tetap memenuhi janjinya. Setiba di depan kuil, A Lan melihat seorang gadis kecil yang datang mengambil sembaki, karena kasihan, A Lan memberinya uang. Tapi gadis kecil itu menolaknya. Karena tersentuh, tidurpun A Lan mengigau tentang gadis kecil itu. Tapi Guang-yuan yang selalu curiga padanya, merasa A Lan sudah keterlaluan, karena tidur pun ia mengigau tentang judi.

Episode 20
Sudah bertahun-tahun A Lan tidak menghirup udara pagi yang segar. Sejak kemarin bertemu anak gadis malang itu, suasana hati A Lan jadi berubah. Pagi-pagi dia bangun mencari baju bekas anaknya setelah itu dia pergi membeli sarapan pagi dan makan bersama anak-anaknya. Dia merasa anak-anaknya sangat beruntung karena tidak kekurangan apapun. Saat sarapan, Guang-yuan mengumumkan ingin membeli rumah sendiri, karena rumah yang mereka tinggali sekarang entah kapan akan diambil kembali oleh pihak sekolah. Guang-yuan dan anak-anaknya tertarik pada rumah yang mereka kunjungi, tapi karena tabungannya tidak mencukupi, Guang-yuan tidak ingin membelinya. Melihat anak-anaknya begitu suka dengan rumah itu, A Lan berjanji akan mendapatkan uang tersebut. Waktu mengunjungi keluarga gadis kecil itu, A Lan serasa tidak percaya masih ada keluarga yang sesulit ini. Dia merasa sangat prihatin dengan gadis kecil itu. Hati A Lan pun tergerak, dia berjanji akan mencari teman-temannya untuk bantu memberi sumbangan pada keluarga-keluarga miskin seperti itu.


Berkah Kehidupan ep.1 – 10

Maret 11, 2008

福裕人生 / Berkah Kehidupan

Alkisah ada sebuah keluarga yang mempunyai 3 orang putra dan 2 orang putri. Diantaranya ada yang 2 orang putra yang bernama Sie Fu Yu dan Sie Rong Hua, mereka berdua sangatlah berbakti. Adapun Sie Fu Yu adalah seorang anak laki-laki yang sangat jujur dan pekerja keras, sedangkan Sie Rong Hua adalah seorang anak laki-laki yang sangat cerdik dan ceria. Dan hubungan mereka dua bersaudara sangatlah akrab dan baik.
Dikarenakan penyakit ayah mereka maka mereka pun pindah dari Luo Tong ke Hua Lian dan tinggal di rumah kakak pertamanya, tetapi keadaan ekonomi kakak-kakaknya juga kurang menunjang untuk menanggung biaya sekolah mereka, keduanya adalah murid-murid yang cerdas dan sering mendapat pernghargaan dan piagam dari sekolah hasil prestasi mereka.

Akhirnya setelah tamat dari SMP maka Sie Fu Yu magang di sebuah toko pembuat setelan Jas, dan karena keuletan dan kerajinannya jugalah maka Majikan dari toko tempat dia magang membiayai sekolah SMU-nya. Tetapi tidak lama kemudian Ayah mereka meningal dan berpesan agar memberikan sebuah rumah yang tahan topan untuk Ibu mereka. Dan Adiknya Sie Rong Hua juga memutuskan untuk tidak melanjutkan ke SMU dan bekerja magang di sebuah Restoran di Hua Lian. Tidak lama magang di restoran di Hua Lian akhirnya Sie Rong Hua memutuskan untuk berjuang di TaiPei agar bisa lebih cepat mengumpulkan uang untuk mewujudkan cita-cita Ayah mereka. Tidak lama setelah A Hua memutuskan untuk berjuang di TaiPei akhirnya A Yu juga lulus magang dan membuka usaha kecil-kecilan di rumah dengan bantuan dari kakak-kakaknya.

Dikarenakan kepergian ayah, maka ibu mereka sangat bersedih sehingga kakak ipar A Hua dan A Yu memutuskan untuk mengajak ibu mereka untuk menjadi sukarelawan untuk membersihkan klinik sosial Tzu Chi di Hua Lian, dan di mulai dari saat itu jugalah Ibu mereka secara tidak sadar telah menjalankan dan menerapkan dharma dan ajaran dari Tzu Chi didalam kehidupan mereka berdua.

Perjuangan A Hua dan A Yu tidaklah sia-sia karena tidak lama kemudian sebelum A Yu berangkat menjalankan Wajib Militer, mereka berdua telah memutuskan untuk mencicil sebuah rumah untuk ibu mereka. Seiring dengan berjalannya waktu usaha mereka berdua juga semakin lancar dan juga telah membangun keluarga masing-masing
Tetapi dikarenakan oleh ketamakan mereka berdua jugalah sehingga ibu mereka bersedih dan akhirnya mengalami stroke, tidak lama kemudian ibu mereka pun meningal dunia. Dan demi bakti mereka, mereka pun melanjutkan kegiatan ibu mereka di Tzu Chi, yaitu melakukan kegiatan daur ulang, salah satu kegiatan dari Yayasan Tzu Chi dalam menjaga kelestarian alam semesta ini. Dengan semakin mendalami kegiatan Tzu Chi jugalah maka kedua kakak beradik ini menjadi semakin bijaksana dan tidak lagi merasa tidak berpuas hati……

Episode 1
A Yi dan A Hua yang masih kecil sangat nakal. Meski demikian, mereka berdua sangat akrab dan saling menjaga. Setiap kali melakukan suatu kenakalan, mereka berdua akan saling menutupi. Meski demikian, mereka juga merupakan anak yang baik. Ayahnya, Ashou sangat menyayangi mereka. Apapun akan dilakukan demi anaknya seperti saat A Hua masuk rumah sakit, ayahnya menjual barang-barang kesayangannya untuk membayar biaya rumah sakit. Sayang, ayahnya terinfeksi kuman di kaki sehingga masuk rumah sakit dan dokter mengatakan harus dioperasi.

Episode 2
Karena keterbatasan biaya, keluarganya memutuskan untuk pindah dari Luo Tong ke Hwalien supaya bisa tinggal bersama dengan anaknya, Musheng. Musheng sendiri hidup pas-pasan tetapi dia sangat berbakti pada orang tua. Hwalien terkenal dengan banyak angin topannya. Suatu kali, tempat dagangan Musheng rusak diterjang angina topan, ayahnya Ashou ikut mengeluarkan uang hasil penjualan kerbau untuk memperbaiki atap yang rusak. Dari sini, A Hua mulai belajar untuk mencari uang sendiri dengan menjual manisan buah dari buah-buahan yang hampir busuk ke teman-temannya di sekolah.

Episode 3
A Yi mendapatkan penghargaan karena juara I di kelas 3 SMP. Pada saat A Yi menerima penghargaan, ayahnya berjalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lain mencarikan tempat magang untuk A Yi. Karena tidak bisa membiayai anaknya ke SMU, ayahnya bertekad untuk mencarikan tempat magang yang baik untuknya. Impiannya untuk melanjutkan sekolah hancur tatkala mengetahui ayahnya tidak mampu membiayai sekolahnya. Sedih dengan itu, piagam yang baru diterimanya disobeknya.

Episode 4
Kesal karena tidak bisa melanjutkan sekolah, A Yi melampiaskannya dengan merokok. Saat kedapatan ada rokok di kamar mereka, A Hua berusaha menutupi dengan mengatakan itu rokoknya sehingga A Hua dipukuli tetapi akhirnya ketahuan juga. Setelah mengetahui bahwa ayahnya juga sangat sedih karena tidak bisa menyekolahkan dia, A Yi akhirnya meminta maaf dan magang di tempat menjahit. Ayahnya yang sangat merindukan A Yi berulang-ulang mengecek ke tempat kerja A Yi untuk memastikan anaknya dalam keadaan sehat.

Episode 5
Gaji pertama A Yi yang 30 dolar sebulan langsung diserahkan pada Ayahnya. Berkat semangatnya yang begitu kuat untuk belajar, majikan A Yi, Tuan Chiu memutuskan untuk menyekolahkan A Yi ke SMU di malam hari. Melihat A Yi yang beruntung, seniornya di tempat menjahit merasa iri dan terancam sehingga mencari berbagai akal untuk menyiksa A Yi. Untungnya, hal ini diketahui Tuan Chiu dan senior itu akhirnya dipecat.

Episode 6
Topan dan hujan kembali melanda. A Yi diijinkan majikannya untuk pulang ke rumah melihat kondisi rumah. Ayahnya, Ashou yang melihat A Yi kembali mengusir A Yi untuk pulang ke tempatnya magang. A Yi mengira ayahnya tidak ingin A Yi pulang ternyata ayahnya tidak ingin A Yi tahu kalau rasa sakit di kakinya kambuh kembali.
Setiap beberapa hari, Ashou selalu mengunjungi A Yi untuk melihat kondisi anaknya. Ashou selalu mendoakan agar anaknya bisa tumbuh sehat selamat dan sejahtera sesuai nama Fu Yi yang diberikannya pada A Yi. Sayang sekali, Ashou terjatuh dan meninggal. Sebelum meninggal, Ashou berpesan pada anaknya untuk membangun sebuah rumah yang tahan topan untuk Ibunya.

Episode 7
Untuk menghibur Ibunya yang sedih, Wenthu dan Siufeng mengajak ibu dan mertuanya untuk menjadi relawan di klinik Tzu Chi. Setelah lulus SMP, A Hua memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. Dengan usaha sendiri, dia mendapatkan pekerjaan untuk magang di sebuah restoran. Dia berhasil meyakinkan koki di restoran tersebut untuk diterima bekerja di sana. Semula Ibunya menolak untuk menyetujuinya tetapi karena memang kondisi keluarga yang tidak mampu, akhirnya Ibunya terpaksa menyetujui hal ini.

Episode 8
A Yi dan A Hua masing-masing bekerja dan belajar dengan giat di tempat kerja mereka. Keduanya sangat tekun dan dengan cepat disukai rekan kerja mereka. Suatu kali, Tuan Chen manajer sebuah bank menjamu tamunya di Restoran Han Kong tempat A Hua magang. Pesanan Tuan Chen berupa Rebung Terumbu Karang hanya bisa disiapkan oleh koki Chang tetapi kebetulan koki Chang tidak ada di tempat. A Hua mengambil inisiatif untuk menyiapkan dan hasil masakannya dipuji tamunya.

Episode 9
Kelancangan A Hua diketahui kokinya dan dia dihukum mencuci sayur dan piring dan tidak diperbolehkan masuk dapur karena melanggar kode etik sebagai orang baru. Teman A Hua di tempat magang, Awen pindah ke Taipei dan dia mengajak A Hua untuk ikut ke sana karena Taipei diyakini lebih menjanjikan. A Hua sangat tertarik tapi dilarang ibunya. Tapi A Hua tidak putus asa, berbekal keyakinan diri, A Hua nekat meninggalkan rumah menuju ke Taipei.

Episode 10
A Hua nekat ke Taipei tetapi Awen ternyata tidak bekerja di restoran yang ditunjukkannya ke A Hua sehingga A Hua tersesat di Taipei. Keluarganya yang membaca surat yang ditinggalkan A Hua panic. A Yi memutuskan untuk mencari A Hua ke Taipei. Sementara di Taipei, A Hua harus mencoba berbagai macam akal untuk bertahan karena uangnya hanya tersisa 4 dolar.