Menggapai Harapan ep. 51 – 63

April 17, 2008

Episode 51

Saat A Lan baru merasa percaya kembali dengan masalahnya di Tzu Chi, tiba-tiba Xiao-ling membawa kabar buruk untuknya. Di Koran diberitakan bahwa ayahnya korupsi. Walau Guang-yuan tidak pernah korupsi tapi ada beberapa bukti yang memojokkinya seperti masalah A Lan yang pernah ditangkap karena berjudi, masalah menjual rumah dan tanahnya yang di jalan Meichun. Semua bukti ini cukup membuktikan kalau Guang-yuan membutuhkan uang. Dalam menghadapi masalah ini, Guang-yuan sama sekali tidak habis pikir. Dia tidak menyangka diusianya yang sudah hampir pensiun ini, dia masih harus menghadapi masalah seperti ini. Demi menyelesaikan masalah Guang-yuan, A Lan berusaha mencari Komandan dan Pak hakim yang dulunya akrab dengan keluarga Wang. Tapi usaha A Lan ternyata sia-sia, Komandan sedang koma dirumah sakit, sedangkan Pak hakim sudah imigrasi ke Amerika. Sedangkan Guang-yuan sendiri tidak mau minta bantuan pada temannya. Hal ini membuat A Lan dan Xiao-ling tidak tahu harus bagaimana menolong suami dan ayah yang keras kepala ini.

Episode 52

Di saat A Lan sedang merisaukan masalah korupsi Guang-yuan, sesama anggota kelompok ketiga mengalami pertengkaran kecil. Wen-jun dan A Jin yang sudah lama mengikuti pelatihan ingin dilantik menjadi komite. Tapi karena latar belakang keluarga dimana usaha keluarga masing-masing adalah sebagai penjual ikan dan penjual buah pinang, maka anggota kelompok ketiga ada yang setuju dan tidak setuju mereka dilantik menjadi komite. Untuk mencari solusinya, maka Kakak Zheng membantu A Lan untuk mengambil keputusan. Karena Kakak Zheng sangat cekatan dalam mengambil keputusan maka ada beberapa anggota kelompok yang merasa nyaman bekerja sama dengannya, mereka bahkan menganjurkan untuk membentuk kelompok baru. Selain itu banyak juga gosip yang mengatakan bahwa Kakak Zheng berbuat demikian hanya ingin menggeser posisi A Lan sebagai ketua kelompok. Mendengar hal ini, tentu saja A Lan dan Kakak Zheng tidak terpengaruh sedikitpun. Rekan Guang-yuan yang korupsi sudah ditangkap polisi, Guang-yuan hanya tunggu giliran saja. Supaya A Lan tidak malu, Guang-yuan menganjurkan agar A Lan berhenti jadi ketua kelompok. Saat menyampaikan hal ini pada Master, A Lan merasa sedih melepaskan pekerjaan Tzu Chi. Tapi atas kebijaksanaan Master, A Lan diharapkan bisa tetap menjadi ketua kelompok. Dia bahkan ditunjuk Master untuk menjadi teladan bagi para ketua kelompok.

Episode 53

Setelah lama menunggu, akhirnya Guang-yuan mendapat surat panggilan dari pengadilan. Malam sebelum berangkat ke Taipei, Guang-yuan menyerahkan tiga ratus ribu dolar yang tadinya baru akan diberikan setelah dia diputuskan tidak bersalah. Karena tidak banyak menaruh harapan, maka Guang-yuan menyerahkan uang derma untuk kamar pasien tersebut lebih awal pada A Lan. Selama ini Guang-yuan merasa A Lan hanya menjadikan Tzu Chi sebagai kambing hitam untuk menghindar dari tanggung jawab seorang istri dan seorang ibu. Tapi setelah masalah korupsi ini, pandangan Guang-yuan terhadap A Lan berubah total. Guang-yuan merasa terharu, karena disaat dia paling membutuhkan dukungan, A Lan terus berada disampingnya tanpa memikirkan pekerjaan Tzu Chi-nya. Oleh sebab itu Guang-yuan ingin berderma tiga ratus ribu dolar tersebut demi A Lan. Setelah mengantar Guang-yuan, A Lan kembali ke griya untuk menyelesaikan masalahnya dengan Kakak Zheng. Dia mohon agar Kakak Zheng terus membantunya dalam pekerjaan di kelompoknya. Sedangkan dipihak Shu-lian dan Xue-zhu, mereka juga menerima penjelasan kesalah pahaman ini dengan lapang dada. Masalah di Tzu Chi selesai, kini A Lan sudah merasa agak lega. Sekarang A Lan hanya mencemaskan suaminya yang belum memberi kabar.

Episode 54

Setelah tahu Guang-yuan bebas dari tuduhan, A Lan memeluknya sambil menangis. Selama ini A Lan selalu berusaha menghindar darinya bahkan A Lan merasa senang jika Guang-yuan dimutasi ke tempat yang jauh. Tapi sekarang A Lan baru sadar bahwa dia masih sangat mempedulikan Guang-yuan. Tanpa Guang-yuan dia tidak bisa apa-apa. Terlepas dari bencana ini Guang-yuan menyambut kedatangan hari pensiunnya dengan senang, dia pribadi juga berharap agar A Lan bisa pensiun dari pekerjaan Tzu Chi agar bisa melewati hari-hari yang santai bersamanya. Tapi bagaimana pun juga A Lan tidak tega melepas pekerjaan ini, karena dia baru saja menerima tugas sebagai ketua pemerhati bagi kelompok-kelompok kecilnya. Masalah anggota kelompok ketiga yang bertentangan dengan Shu-lian Xue-zhu dan Kakak Zheng akhirnya selesai juga berkat nasihat A Lan. Mereka menjadi akrab kembali satu sama lain saat sedang panen jeruk di kebun jeruk milik ibu mertua Yue-rui. Bukan hanya itu saja, A Lan yang berakal cerdik juga berhasil menyelesaikan masalah Wen-juan dengan suaminya yang selama ini melarangnya berhenti menjual pinang dan mengerjakan pekerjaan Tzu Chi. Atas usaha A Lan ini, suami Wen-juan bahkan menawarkan diri untuk menjadi komite Tzu Chi.

Episode 55

Kali ini A Lan kembali menghadapi tantangan besar. Suami A Ru, Zhang Qing-fu yang adalah anggota derma ibu Xie adalah seorang pemabuk dan memiliki sifat yang kurang baik. Tapi walau begitu, dia sangat rajin membantu Tzu Chi mengumpulkan uang derma. Melihat sifat dasarnya adalah baik, maka A Lan menerima tantangan ini untuk mengajaknya menjadi komite. Hal pertama yang dilakukan A Lan ialah mengajaknya berkunjung ke keluarga penerima berkah. Walau semua anggota kelompok merasa tegang mengajak Zhang Qing-fu pergi bersama, tapi A Lan tetap merasa yakin padanya. Tapi apa yang dikhawatirkan para anggota kelompok akhirnya terjadi juga. Karena tidak sabar melihat kelakuan dari keluarga penerima berkah yang juga seorang pemabuk, Zhang Qing-fu pun memukulnya. Kejadian ini membuat situasi menjadi kacau. Saat anggota keluarga penerima berkah tersebut bertanya apakah benar Zhang Qing-fu adalah anggota Tzu Chi, para komite tidak ada yang berani menjawab. Tanggung jawab sebesar ini hanya A Lan sendiri yang berani memikulnya. Dengan yakin dia mengakui Zhang Qing-fu adalah anggota Tzu Chi, selain itu A Lan juga minta maaf atas apa yang terjadi.

Episode 56

Sepulang dari kunjungan, Ibu Xie sangat mencemaskan atas apa yang terjadi akan mengundang gunjingan dari anggota yang lain. Bahkan ada anggota yang menyarankan agar Zhang Qing-fu dilupakan saja, lebih baik jangan mengajaknya mengerjakan Tzu Chi lagi, termasuk mengumpulkan derma. Tapi keputusan A Lan malah sebaliknya, dia bukan hanya tidak marah pada Zhang Qing-fu malah memberinya semangat untuk terus mengkuti pekerjaan Tzu Chi dan mendengar ceramah Master. Saat mendengar ceramah Master, Zhang Qing-fu datang dengan bau arak yang menyengat sehingga mendatangkan gunjingan dari para pendengar. Tapi semua itu bukanlah masalah, karena setelah mendengar ceramah Master, Zhang Qing-fu jadi berubah. Di depan Master dia merasa sangat malu, oleh sebab itu dia berjanji akan berhenti makan pinang dan minum arak. Walau baginya itu hal yang sulit, tapi sedikit demi sedikit dia mengurangi minumnya. Bahkan diajak minum oleh temannya pun ditolak olehnya. Bukan hanya itu saja, dia juga sekalian menasihati temannya agar tidak makan pinang dan minum arak lagi. Perubahan dari Zhang Qing-fu membuat teman-temannya merasa kagum sekaligus heran.

Episode 57

Sebelum berangkat ke Amerika, A Lan berjanji akan membiarkan Zhang Qing-fu bebas minum arak jika dia sudah tidak tahan. Begitu pulang dari mengantar A Lan ke bandara, Zhang Qing-fu senangnya bukan main. Dia segera mengambil tiga botol bir beserta makanan pendampingnya. Tak disangka begitu meneguk, Zhang Qing-fu langsung memuntahkan birnya. Karena merasa heran, dia mencoba buka botol yang lain, hasilnya sama juga. Akhirnya berkat usaha dan kesabaran A Lan, Zhang Qing-fu berhasil bebas dari alkohol dan gaya hidupnya yang lama. Sepulang dari Amerika, Guang-yuan merencanakan imigrasi ke Amerika sesuai dengan permintaan anak-anaknya. Awalnya A Lan tidak setuju. Tapi apa boleh buat, seperti biasanya dia hanya bisa menuruti kemauan suaminya. Kegundahan imigrasinya belum selesai, bertambah satu pula kegundahan yang baru. Karena kelompok A Lan sudah banyak anggota maka Master menyarankan harus membentuk kelompok baru, agar para anggotanya bisa terbagi rata. Tapi hal ini membuat A Lan gundah. Selain banyak anggota kelompok yang tidak percaya dengan ketua kelompok yang baru ditunjuk, mereka juga tidak rela meninggalkan A Lan sebagai ketua kelompok mereka.

Episode 58

A Lan diminta tolong oleh keponakannya, Xiu-yan untuk berkunjung ke rumah anggotanya, Ying guang. Setiba rumah Ying-guang, A Lan melihat situasi suami Ying-guang yang suka pergi bersama teman-temanya dan Ying-guang yang merasa gundah dengan semua kelakuan suaminya ini. Oleh sebab itu, A Lan berusaha untuk mengundang suami Ying-guang untuk mendengarkan ceramah master. Sepulang dari rumah Ying-guang, A Lan dirampok oleh dua pemuda yang bersepeda motor. Saat itu A Lan langsung tergeletak hingga tangan dan kakinya terluka. Saat dimintai keterangan oleh polisi, A Lan malah membela perampok itu dan minta agar polisi tidak usah mempersoalkan masalah ini lagi. Hal ini membuat Guang-yuan kesal sekaligus marah padanya. Setelah beberapa hari istirahat, A Lan sudah merasa bosan dan terus mengingat pekerjaan Tzu Chi-nya. Oleh sebab itu, dia melepas kain kasa yang ada ditangannya dan berbohong pada Guang-yuan kalau lukanya sudah sembuh. Tapi Guang-yuan yang cerdik tidak termakan oleh tipu muslihatnya. Karena Guang-yuan melarangnya keluar rumah, maka A Lan menunggu sampai ada kesempatan untuk melarikan diri. Begitu Guang-yuan lalai, A Lan langsung keluar secara diam-diam. Saat pulang, A Lan lupa membawa kunci. Karena masih kesal, Guang-yuan tidak ingin membukakan pintu untuknya.

Episode 59

Saat sedang berkunjung ke rumah Ying-guang, An-ju, suami Ying-guang mendapat kabar bahwa ibu dari Direktur He, teman baiknya meninggal dunia. Bergegas A Lan ikut dengan An-ju untuk memberikan bantuan. Karena tersentuh oleh perhatian dan keramahan A Lan maka Direktur He menyumbangkan 1 juta dolar untuk membantu amal Tzu Chi. Melihat An-ju dan Ying-guang sudah lama ikut membantu pekerjaan Tzu Chi, maka A Lan menyarankan agar An-ju mandiri sendiri. Tapi Ying-guang menjelaskan alasan suaminya menolak untuk pekerjaan itu. Selain berjualan nasi ayam, suaminya juga masih harus menanggung beban keluarga serta kakaknya yang menderita kanker usus. Oleh sebab itu dia tidak ada waktu luang untuk menyetujui permintaan A Lan. Mendengar ucapan ini, A Lan berusaha mengumpulkan uang untuk membantu biaya pengobatan kakak An-ju dengan cara membuka arisan. Awalnya An-ju menolaknya, tapi setelah dinasihati panjang lebar akhirnya dia mau menerima juga. Suatu hari, timbul niat Direktur He untuk membelikan A Lan mobil. An-ju menasihati agar lebih baik mobil itu disumbangkan untuk Tzu Chi saja, jika untuk A Lan pribadi An-ju takut akan mengundang gunjingan orang. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Direktur He menemukan cara yang bagus. Mobil itu diatas namakan untuk An-ju, sedangkan An-ju bertugas untuk menjadi sopir kelompok A Lan kemanapun dia pergi.

Episode 60

Begitu mendengar Ying-guang segera melahirkan, A Lan bergegas ke rumah sakit. Karena hari masih belum terang maka Guang-yuan memutuskan untuk menemaninya pergi bersama. Sepulang dari rumah sakit, A Lan mendengar berita banyak orang yang menjadi badai topan yang terjadi beberapa hari itu. Begitu mendengar berita tersebut, A Lan yang belum sempat istirahat bergegas ke kantor penghubung untuk mendiskusikan masalah ini. Setelah A Lan pulang dari menolong korban bencana dan meninjau lokasi. Guang-yuan menyanjung-nyanjung kesigapan Tzu Chi didepan Guang-yuan. Guang-yuan bahkan tak segan menyumbangkan 100 ribu dolar untuk Tzu Chi. A Lan serasa tidak percaya dengan keputusan suaminya ini. Beberapa saat setelah masalah badai berlalu, akhirnya dari pusat memutuskan untuk membagi ulang semua kelompok yang ada di seluruh propinsi, agar disesuaikan dengan lokasi tempat tinggal masing-masing anggota kelompok. Karena merasa dirinya sudah tua, A Lan melepaskan para anggotanya pada ketua kelompok yang baru. Walau membuat keputusan ini tapi A Lan merasa sangat sedih. Dia berat meninggalkan para anggota dan hari-hari yang pernah dilewati bersama. Tapia pa boleh buat, dia terpaksa melakukan semua ini.”

Episode 61

Karena ingin terus menjadi sopir A Lan, An-ju berunding dengan istrinya jika tidak diijinkan tetap membantu A Lan maka mereka akan pindah rumah ke lokasi yang berdekatan dengan A Lan. Dia ingin tetap bergabung dengan A Lan. Karena tidak ingin merepotkan mereka, maka A Lan berjanji akan merundingkan masalah ini pada ketua kelompok mereka. Tapi masalah ini membuat A Lan diprotes oleh anggota yang lain. Walau begitu, Ying-guang dan An-ju tetap bersikeras ingin kembali ke kelompok A Lan. Akhirnya ketua kelompok mereka bersedia melepas mereka untuk tetap membantu A Lan. Setelah tidak menjadi ketua kelompok, Guang-yuan berpikir A Lan bisa menemaninya dirumah. Tapi kenyataannya berbeda dengan yang diharapkan Guang-yuan. Rumah mereka masih sama seperti dulu, masih banyak anggota yang dulunya bergabung di kelompok tiga datang berkumpul dengannya. Saat para kakak Tzu Chi berkumpul di rumah A Lan, kebetulan Wei-yi pulang ke Taiwan. Melihat A Lan begitu gembira mengerjakan Tzu Chi dan banyak yang hormat padanya, Wei-yi merasa ragu ingin mengajak ibunya imigrasi ke Amerika. Tapi pendapatnya berbeda dengan Yi-ling. Yi-ling justru ingin ibunya imigrasi ke Amerika agar ibunya bisa beristirahat sejenak.”

Episode 62

Suatu malam, saat Guang-yuan sedang lelap, A Lan memergoki seorang pencuri yang masuk ke rumahnya. Melihat pisau yang ditunjukkan, A Lan tidak takut sama sekali malah bertanya pada pemuda itu apa sedang dalam kesulitan. Saat Guang-yuan pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian ini, A Lan malah diam-diam mengajak pemuda itu pergi lewat pintu belakang rumahnya. Bukan hanya melepaskan pemuda itu saja, di saat pemuda itu mau mengembalikan uang curiannya, A Lan tidak mau malah memberinya uang lagi. Kesokan harinya A Lan menceritakan kejadian tersebut pada para anggota kelompoknya layaknya kejadian lucu saja. Guang-yuan dan Wei-Yi hanya bisa menggeleng kepala melihat kelakuan ibunya yang polos ini. Walau berat meninggalkan Taiwan, tapi A Lan terpaksa ikut Guang-yuan dan putranya ke Amerika. Setiba di sana, A Lan merasa tinggal di dunia lain. Dia tidak nafsu makan dan tampak tidak bersemangat. Hanya di saat menerima telepon dari Ibu Xie saja beliau merasa senang dan bercerita banyak.

Episode 63

Melihat A Lan murung setelah menerima telepon dari Ibu Xie, Guang-yuan tidak bisa menahan diri untuk menanyakan masalah sebenarnya dari Ibu Xie. Setelah tahu apa yang membuat A Lan gusar, Guang-yuan memutuskan untuk mengajaknya kembali ke Taiwan. Demi kebahagiaan A Lan, Guang-yuan melepaskan kesempatan baik untuk berimigrasi. Karena Guang-yuan tahu, selain keluarga hanya Tzu Chi-lah yang bisa membuatnya bahagia. Setiba di Taiwan, A Lan disambut oleh para kakak Tzu Chi dengan canda tawa yang selalu dirindukan olenya sewaktu berada di Amerika. Setelah puluhan tahun, akhirnya A Lan bisa mengajak Guang-yuan untuk ikut serta dalam kegiatannya. Dia mengajak Guang-yuan menikmati pemandangan kebun jeruk yang akan panen. Sambil memandangi pohon jeruk yang berusia ratusan tahun dan kerja sama dari para kakak Tzu Chi, Guang-yuan mendapatkan ketenangan. Akhirnya dia bisa mengerti mengapa A Lan begitu gembira dalam mengerjakan Tzu Chi. Hingga hari tuanya A Lan yang mengalami stroke masih membantu pekerjaan Master. Sedangkan suaminya, Guang-yuan meninggal karena kecelakaan lalulintas.


Menggapai Harapan ep.41-50

April 2, 2008

Episode 41

Yue-rui, salah satu anggota kelompok A Lan akhir-akhir ini sedang mengalami masalah dengan ibu mertuanya. Dia dan suaminya bekerja di kota, tapi ibunya tidak mau ikut tinggal bersama mereka dengan alasan tidak ada yang merawat kebun jeruk yang sudah dirawatnya turun temurun. Melihat anggota kelompoknya begitu serba salah akhirnya A Lan berjanji akan membantu mengurus kebun jeruk itu. Dengan semangat A Lan minta semua anggota kelompoknya untuk turun tangan. Karena kebun jeruk tersebut luas dan banyak tanjakan, A Lan dan anggota kelompoknya hampir mati kelelahan. Walau  begitu, A Lan tidaklah mengeluh, dia bahkan ingin terus mengerjakannya. Melihat A Lan begitu tulus membantu, Yue-rui dan suaminya memutuskan untuk menyumbangkan semua hasil panennya pada yayasan Tzu Chi. Tentu saja A Lan senang mendengar hal ini. Tapi Yue-rui memintanya untuk merahasiakan hal ini pada ibu mertuanya. Karena selama ini ibu mertuanya sangat hemat dan lagi pula kebun jeruk itu adalah peninggalan leluhur mereka, jika ibu mertuanya tahu hasil panen akan di sumbangkan pasti beliau takkan setuju. Oleh sebab itu, Yue-rui minta agar untuk sementara A Lan jangan memboccorkan rahasia ini dulu. A Lan sendiri merasa tidak enak karena harus berbohong pada orang tua. Tapi demi membantu, A Lan terpaksa menuruti kata-kata Yue-rui.

Episode 42

Setelah bekerja keras akhirnya A Lan bisa panen buah jeruk. Dengan senang A Lan membungkus dan memperkenalkan buah jeruk yang dirawat mereka. Semua ini karena A Lan ingin membantu mengumpulkan uang untuk membantu pekerjaan Tzu Chi. Setelah panen kedua, ibu mertua Yue-rui tahu hal yang sebenarnya. Oleh sebab itu dia mengajak A lan untuk membicarakan hal ini. Karena sudah lama berbohong, A Lan jadi takut menghadapi ibu mertua Yue-rui. Tapi melihat tindakan A Lan dan anggota kelompoknya selama ini, ibu mertua Yue-rui bukan hanya tidak marah, tapi beliau juga rela menyumbangkan hasil panennya untuk Tzu Chi. Setelah masalah kebun jeruk selesai, A Lan mendapat kabar bahwa istri Wei-yi sudah akan melahirkan. Oleh sebab itu Wei-yi minta agar A Land an Guang-yuan menyempatkan diri menjenguk mereka di Amerika. Awalnya A Lan merasa bingung harus melepas pekerjaannya di Taiwan, tapi karena ingin memeluk cucu emas mereka, akhirnya dia berangkat juga. Tapi setiba di sana, hati A Lan tidak pernah tenang, hampir setiap saat dia menelepon Nyonya Xie untuk menanyakan kabar di Taiwan. Sejak awal Guang-yuan sudah menebak kalau A Lan pasti sedang mencemaskan pekerjaan Tzu Chi-nya. Tapi karena tidak enak hati, A Lan tetap menyembunyikan kecemasannya.

Episode 43

Karena tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya di Taiwan, akhirnya A Lan minta pulang. Hal ini tentu saja membuat Guang-yuan tidak senang sekaligus kecewa. Setelah menyelesaikan tugasnya di Tzu Chi, supaya meredakan amarah Guang-yuan A Lan berjanji pada Guang-yuan akan menemaninya di Xinying untuk beberapa hari. Baru saja Guang-yuan merasa senang karena bisa makan bersama istri dan Xiao-ling yang mengajak serta suaminya, tiba-tiba A Lan mendengar berita bahwa ada sebuah pabrik yang meledak di Taizhong. Tanpa berpikir panjang, A Lan bergegas lari ke depan TV. Setelah mendengar kabar itu dengan jelas, A Lan minta pada menantunya agar segera mengantarnya ke RS tempat para korban dirawat. Guang-yuan kebakaran jenggot mendengar hal ini, tidak gampang dia bisa berkumpul dengan keluarganya malah dirusak oleh A Lan. Karena tidak bisa menolak, menantunya pun segera mengantarnya ke rumah sakit tersebut. Guang-yuan dan Xiao-ling hanya bisa pasrah melihat kepergian mereka.

Episode 44

Begitu mendengar guru ingin menjalankan misi pelestarian lingkungan, A Lan lah orang yang paling senang. Dengan giat dia ikut mengerjakan pelestarian lingkungan, dia juga mempengaruhi orang-orang disekitarnya untuk ikut membantu melestarikan lingkungan dengan misi pelestarian lingkungan ini. Misi guru semakin hari semakin meluas bahkan banyak yang mendengarkan dharma di Griya.  Ada penambahan anggota seharusnya hal yang menggembirakan, tapi A Lan dan para komite lainnya kewalahan menghadapi anggota baru yang bernama Shu-lian. Saat Master sedang membahas masalah dengan rekannya, Shu-lian mengajak teman-temannya menyelonong masuk dan langsung bilang pada Master bahwa dia ingin di Vishudi. Hal ini menjadi bahan pembicaraan, banyak yang menganggap kelakuan Shu-lian tidak sopan. Tapi seperti biasanya, A Lan tetap saja membelanya. Bukan hanya itu saja, dengan seenaknya Shu-lian juga mengenakan seragam yang seharusnya di pakai oleh seorang komite. Saat dinasihati, Shu-lian sama sekali tidak mau mendengar, dia malah marah-marah. Semua anggota menjadi kewalahan menghadapi Shu-lian dan teman-temannya.

Episode 45

Suatu hari A Lan mendapat kabar bahwa Master ingin memberi pertolongan pada korban bencana banjir di Tiongkok. Agar lebih cepat mendapatkan uang derma, A Lan dan para ketua kelompok lainnya memutuskan untuk mencari sumbangan di jalanan. Karena belum ada pengalaman mencari sumbangan dengan cara ini, maka para anggota A Lan hanya bisa berdiri ditapi jalan atau pun di depan toko orang lain. Karena merasa malu, mereka juga tidak mau berteriak dengan suara yang kencang. Saat mencari sumbangan, mereka juga sempat dicurigai dan dimarahi oleh orang yang berlalu lalang. Hal ini disebabkan oleh perpecahan yang terjadi waktu dulu. Mereka menganggap tidak perlu mengasihani orang Tiongkok. Oleh sebab itu, uang derma yang mereka dapat sedikit sekali. Melihat hal ini, A Lan dan para ketua kelompok kembali berunding mencari jalan keluar. Akhirnya mereka dapat satu jalan keluar, yaitu membuka bazar amal.

Episode 46

Setelah dirundingkan akhirnya A Lan mengambil sebanyak 25 stand bazaar yang dibagi menjadi 25 kelompok. Karena ingin menunjukkan kemampuannya, Shu-lian sendiri ingin memborong 10 stand. Tapi A Lan hanya memberinya 5 stand karena merasa yang lain juga ingin membantu misi ini. Saat menjalankan bazaar amal ini, ada salah seorang anggota A Lan yang merasa dirinya tidak mampu membantu sama sekali, bahkan memotong sayur pun tidak bisa. Saat diberi kupon sebanyak 60 ribu dolar untuk dijual, Yan-qin langsung merasa tegang sampai penyakit lambungnya kambuh. Karena tidak enak buka mulut untuk menawarkan kupon pada orang lain.Yan-qin dan suaminya rela mengeluarkan isi kantong sendiri untuk membeli kupon sebanyak 60 ribu itu, kemudian mereka akan bagikan pada anggota derma dan kerabat dekat mereka. Untuk menghemat 60 ribu ini, Yan-qin yang sedang tidak sehat terpaksa mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Saat menjenguk mereka, melihat situasi ini A Lan banyak memberi nasihat juga banyak menceritakan pengalaman saat pertama kali dia bergabung di Tzu Chi.  Karena cerita ini, Yan-qin dan suaminya jadi percaya diri kembali. Akhirnya kupon 60 ribu tersebut bukan hanya terjual habis, tapi Yan-qin juga ingin mengambil kupon baru untuk dijual.

Episode 47

Karena bazaar amal kelompok A Lan berjalan dengan lancar, maka Shu-lian mebuat keputusan sendiri untuk buka stand bazaar baru. Rencananya ini hampir ditolak semua angora kelompok ketiga. Mereka merasa Shu-lian terlalu mengada-ada. Disaat semua masih lelah, dia malah menganjurkan membuka bazaar amal baru. Mengenai hal ini, A Lan merasa bingung harus mengambil keputusan apa. Membuka bazaar untuk menolong korba bencana tentu saja membuatnya senang, tapi dibalik semua ini dia juga sulit mempertanggung jawabkan dan mejelaskan hal ini pada anggota kelompok yang menolak rencana ini. Sikap Shu-lian selalu berterus terang, apa adanya dan mandiri. Begitu tahu rencananya tidak mendapat sambutan baik dari teman-temannya, dia memutuskan untuk mengerjakannya sendiri. Disaat genting seperti ini, sebagai ketua kelompok, A Lam berusaha untuk meredakan masalah. Sambil menangis kecewa, A Lan memberi nasihat pada para anggota kelompoknya. Selama ini, anggota kelompok ketiga semuanya sangat hormat dan sayang pada A Lan. Melihat ketua kelompoknya sedih, para anggotanya juga merasa sedih juga. Akhirnya beberapa dari anggota tersebut untuk mengambil andil dalam bazaar yang direncanakan Shu-lian tersebut.
Episode 48

Dengan semangat pantang mundurnya A Lan terus membujuk para anggota yang pernah ebrseteru dengan Ahu-lian untuk membantu bazaar amalnya. Melihat ketulusan A Lan, maka beberapa anggota yang tadinya tidak begitu setuju juga ikut ambil bagian. Tidak disangka bazaar atas ide Shu-lian berjalan dengan lancar, walau pada saat itu angin sedikit kencang, tapi hampir semua yang dijual di bazaar tersebut habis. Karena belakangan ini sedang sibuk masalah korban bencana Tiongkok, salah seorang anggota kelompok A Lan, Xue zhu, mendapat peringatan dari kakaknya, Lin Cai-xiu yang selama ini melarangnya mengerjakan Tzu Chi. Bukan hanya ini saja, bahkan menatunya, Gui-hong yang selama ini ingin sekali bergabung dengan Tzu Chi juga dilarangnya. Tapi selalu ada kesempatan bagi yang ingin berjalan dikebenaran. Karena kekurangan mobil, maka Xue-zhu minta bantuan Gui-hong untuk mengantar anggota kelompok ketiga ke kunjungan. Melihat A Lan yang begitu sabar dan berani menghadapi para keluarga tidak mampu tersebut, hati Gui-lan semakin terpanggil untuk bergabung. Tanpa peduli dengan mertuanya, akhirnya Gui-hong bergabung di Tzu Chi dan menjadi komite.

Episode 49

Setelah tahu Gui-hong jarang buka toko dan menghabiskan waktunya mengerjakan Tzu Chi, Lin Cai-xiu marah besar dengan menantunya ini. Apalagi setelah tahu Gui-hong ingin mengambil tarikannya dengan membayar bunga yang cukup besar, Liu Cai-xiu bahkan menyinggung Tzu Chi merusak Gui-hong. Karena tidak terima ibu mertuanya menjelek-jelekkan nama Tzu Chi, Gui-hong pun marah dan bertengkar dengannya. Tadinya setelah mendengar nasihat A Lan, Gui-hong ingin bersabar dan ingin baikan kembali dengan ibu mertuanya. Tapi Gui-hong tetap saja tidak dihirau ibu mertuanya yang keras kepala itu. Karena tidak ada cara lain, Gui-hong hanya bisa minta tolong pada A Lan. Melihat situasi yang semakin runyam, akhirnya A Lan memenuhi permintaan Gui-hong dan memberanikan diri bertemu dengan Lin Cai-xiu. Tapi setelah menguping pembicaraan A Lan dan Lin Cai-xiu, Shu-lian dan Xue-zhu merasa tidak ada harapan sama sekali. Karena mereka berdua hanya bercerita tentang susahnya kehidupan yang pernah mereka jalani, sama sekali tidak mengungkit Tzu Chi. Gui-hong sendiri juga merasa dia sudah minta tolong pada orang yang salah. Tapi A Lan selalu ada akal menghadapi orang-orang seperti ini. Kenyataannya, beberapa waktu kemudian Lin Cai-xiu bersedia ikut membantu di kelompok A Lan.

Episode 50

Setelah diajak ikut kunjugan ke penjara dan mendengar cerita A Lan, akhirnya pintu hati Lin Cai-xiu terbuka. Dia sadar bahwa mengerjakan Tzu Chi tidak akan membuat kehidupan keluarga adik perempuan dan menantunya berantakan, melainkan akan semakin rukun karena welas asih. Dengan tenang Lin Cai-xiu membiarkan mereka mengerjakan Tzu Chi. Karena yayasan Tzu Chi sudah mulai berkembang dan banyak relawan muda yang bergabung, maka semakin banyak pula prosedur yang harus dijalani. Ingin mengajukan kasus saja A Lan disuruh mengisi formulir yang sudah disiapkan. Begitu juga dengan dana bantuan, A Lan harus menjelaskan dengan seksama keadaan keluarga tidak mampu tersebut dalam sebuah laporan. Setelah itu baru dirundingkan berapa besar dana yang harus diberikan untuk satu bulannya. Mengenai hal ini, A Lan selalu kesulitan, karena dia kurang bisa menulis dan membaca. Memimpin rapat saja dia tidak bisa membaca dengan baik, bahkan selalu mengulang-ngulang perkataan yang pernah diucapkan. Setelah lama mengerjakan Tzu Chi, kali ini A Lan baru merasa lelah, tapi dia tidak mau mengungkapkan apa-apa di depan Xiao-ling dan Guang-yuan. Dia hanya menyimpan semuanya dalam hati.


Menggapai Harapan ep.31 – 40

April 2, 2008

Episode 31

Sejak A Song, pemilik kasino itu ditangkap polisi, A Lan hidup dengan tenang. Dia tidak perlu mencemaskan hutang-hutangnya pada A Song lagi. Tapi masalah demi masalah selalu menghampirinya. Didepan pagar rumahnya, A Lan bertemu dua pemuda asing yang mengaku dari pihak keuangan A Song. Semua hutang yang tadinya A Lan anggap sudah lunas, kini terungkit kembali. Bahkan bertambah banyak dari hutang awal, karena bunga yang terus bertambah. Hutang yang hanya ratusan ribu kini menjadi jutaan. Setelah menguping tanpa sadar pembicaraan ini, A Zhu segera melaporkan apa yang dia dengar pada Yi-ling. Karena ingin membantu ibunya, Yi-ling juga pernah mencari kantor dari pihak penagih, tapi tetap saja tidak bisa merubah apa-apa. Yi-ling bahkan diberi lihat semua dokumen pinjaman yang telah ditandatangani ibunya. Kali ini, masalah yang dihadapi A Lan, benar-benar sudah membuat susah keluarganya. Guang-yuan yang selalu bersabar terhadap perbuatan A Lan, kali ini tidak bisa membendung kekesalan dan amarahnya. Dia lebih memilih keluar dari rumah daripada harus bertatapan dengan A Lan.

Episode 32

Walau setelah ditemui Wei-yi dan Yi-ling penagih hutang tersebut menurunkan bunganya, tapi tetap saja keluarga Guang-yuan tidak sanggup membayarnya. Setelah berunding, Wei-yi memberi saran untuk menjual rumah yang mereka tinggali sekarang. Tapi adik beradik itu tidak tahu harus bagaimana menyampaikan keputusan ini pada ayahnya. Karena hutang tersebut tidak bisa ditunda lagi, maka adik beradik tersebut memutuskan menjual rumah tanpa sepengetahuan ayah mereka. Setelah rumah dijual, A Lan dan anak-anaknya pindah kerumah kontrakan yang kecil. Rumah kecil itu bahkan tidak bisa menampung barang-barang yang dipindahkan dari rumah lama. Karena mengesali perbuatannya, A Lan  hanya bisa melampiaskan semuanya pada tangisannya. Sepanjang hari dia duduk dirumah kontrakannya tanpa tahu harus berbuat apa. Merasa suasana hati sudah agak baikan, Guang-yuan memutuskan untuk pulang menjenguk keluarganya. Tapi saat masuk kerumahnya, Guang-yuan serasa tidak percaya rumah itu telah kosong. Satu-satunya orang yang terlintas dipikirannya saat itu adalah Yi-ling, putrid sulungnya. Guang-yuan bergegas pergi ke sekolahan untuk menanyakan permasalahan ini pada Yi-ling.

Episode 33

Saat tiba dirumah kontrakan mereka, Guang-yuan merasa sangat kesal, dia merasa tidak rela kehilangan rumahnya sendiri. Sedangkan A Lan sendiri menjadi sangat tertutup, dia tidak lagi membantu pekerjaan Tzu Chi walau teman-temannya datang menjemputnya. Satu-satunya orang yang bisa mengajaknya keluar adalah Nyonya Xie, itu juga karena Yi-ling yang minta tolong padanya. Sebagai seorang anak, Yi-ling merasa kecewa, karena Nyonya Xie lebih mengerti ibunya daripada dirinya sendiri. Tapi dirumah kontrakan baru itu, A Lan bisa memanfaatkan waktunya untuk menasihati tetangga yang selalu bertengkar dan memarahi anaknya. Bukan hanya memberi nasihat, A Lan juga telah menyelamatkan jiwa ibu dan anak itu. Baru saja merasa tenang, tiba-tiba pemilik rumah kontrakan itu minta A Lan untuk pindah karena putranya akan menikan dan ingin menempati rumah itu. Walau Yi-ling tidak setuju, tapi  A Lan memutuskan untuk mengalah. Saat pindah rumah, A Lan dibantu oleh teman-teman Tzu Chi dan anak-anaknya, tapi hati A Lan merasa hampa. Disaat-saat seperti ini, A Lan rindu sekali dengan Guang-yuan. Karena merasa bukan rumah sendiri, bahkan saat perayaan Imlek pun, Guang-yuan tidak ingin bersatu dengan keluarganya.

Episode 34

Berkat dukungan dari teman-temannya, A Lan kembali aktif di Tzu Chi. Karena ingin memulai hidup baru, A Lan mulai memakai pakaian yang sederhana, bahkan disamping jalan dia disangka penjual sayur. Walau disayangkan, tapi baju-bajunya yang dulu, dia sumbangkan pada orang lain. Tapi sayang sekali, saat mengumpulkan sumbangan, beberapa anggota lamanya tidak ingin menghentikan sumbangan mereka. Karena mereka sempat mendengar tentang kabar buruk A Lan. A Lan merasa menyesal sekali atas perbuatan yang pernah dia lakukan sebelumnya. Bahkan bertemu teman pria Yi-ling pun dia menjadi malu dan rendah diri, apalagi saat pertemuan pertama A Lan mengenakan baju yang begitu sederhana.  Saat mulai aktif kembali di Tzu Chi, A Lan mendengar ada sebuah kasus yang rumit, yaitu keluarga Liao bukan hanya tidak mau menyumbangkan dananya bahkan curiga kalau mereka adalah pembohong. Setelah mendengar Guru di curigai orang, A Lan bergegas minta diantar ke rumah tuan Liao tersebut. Sebelum tuan Liao keluar, A Lan tidak beranjak sedikitpun. Hingga berhari-hari kemudian, akhirnya A Lan diberi kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Stelah mendengar penjelasan dari A Lan, dengan tanpa ragu Tuan Liao membuka selembar cek untuk disumbangkan.

Episode 35

Melihat Yi-ling begitu susah mengumpulkan uang untuk biaya sekolah Wei-yi ke luar negeri, A Lan merasa tidak tega. Kebetulan saat itu, ada seorang temannya yang ingin mencari pramuniaga toko. Awalnya pemilik toko itu merasa A Lan hanya bercanda saja, tapi tidak sangka A Lan benar-benar serius. Setelah disepakati, keesokan harinya A Lan berangkat ke toko tersebut dengan dandanan yang rapi. A Lan pikir, pekerjaan toko hanya biasa-biasa saja, tapi karena toko tersebut juga menjual secara glosiran, maka A Lan harus mengangkat-angkat barang dari dalam keluar toko. Sepulang dari toko, A Lan merasa sekujur tubuhnya pegal-pegal, ternyata menjaga toko lebih susah dari pada menjenguk keluarga tidak mampu. Berkat jerih payah Yi-ling dan adik-adiknya, akhirnya Wei-yi bisa sekolah di luar negeri dan akhirnya menikah di sana. Tidak lama setelah Wei-yi menikah, Yi-ling juga dilamar teman prianya. Karena ada pelebaran dari pemerintah, maka tanahnya yang di jalan Zhonggang berhasil dijual dengan harga yang tinggi. Dari uang tersebut, A Lan memutuskan untuk membeli rumah yang bertetanggaan dengan mertua Yi-ling. Di hari pernikahan Yi-ling, A Lan baru merasakan betapa besarnya pengorbanan Yi-ling terhadap keluarganya dalam beberapa waktu ini.

Episode 36

Saat teman-teman Tzu Chi A Lan sedang berunding siapa yang ingin menjadi ketua kelompok secara sukarela, A Lan langsung mengajukan diri. Tapi dia tidak mendapat kepercayaan dari teman-temannya bahkan guru Hong yang menjadi pembimbing mereka. Mendengar dirinya tidak ditermia dengan tangan terbuka, A Lan merasa kecewa. Selama ini dia telah mati-matian membantu pekerjaan Tzu Chi, tapi yang dia dapat malah kekecewaan. Setelah dipikir dengan matang, akhirnya A Lan ngotot bertekad ingin menjadi ketua kelompok. Tapi saat hendak bagi tugas, A Lan malah tegang, dia berharap tidak mendapat tugas apa-apa. Begitu selesai bagi tugas, kelpmpok A Lan mendapat tugas memasak. Saat kepasar membeli sayuran, A Lan kebingungan mau beli berapa banyak, untung saja penjual sayur itu mengenal Tzu Chi jadi memberinya harga murah. Disaat semua anggota kelompoknya sedang sibuk, A Lan malah mengijinkan anggota kelompoknya menolong kelompok yang lain, Li-hua di tinggal didapur memasak sendirian. Serelah acara selesai, Li-hua menasihatinya agar lebih tegas sedikit, karena jika tidak, anggota kelompoknya akan lari semua. Tapi didalam hari A Lan dia hanya ingin membantu, jadi dia tidak mempermasalahkan semua ini.

Episode 37

Saat tersesat di bukit, secara tidak sengaja A Lan dan anggota kelompoknya bertemu dengan satu keluarga yang benar-benar memprihatinkan. Dengan alasan mencari kerja di kota, suami ibu Pan tidak pernah pulang lagi. Dia meninggalkan ibu Pan dan kedua orang anaknya diatas bukit yang terpecil. Mereka tinggal dirumah yang jelek dan hidup apa adanya. Tidak ada listrik dan perabot rumah tangga.  Jika lapar, ibu Pan hanya bisa mengajak anak-anaknya memetik buah dihutan. Untuk ke bukit itu, A Lan dan anggotanya harus menempuh perjalanan yang membahayakan. Awalnya  A Lan pikir, kunjungan berikutnya para anggotanya pasti sudah tidak mau ikut. Tapi satu persatu dari mereka terpengaruh oleh welas asih A Lan dan kegigihannya. Sesulit apapun mereka bersedia mendampingi dan membantu A Lan. Sebelum mengajukan permohonan uang santunan dari yayasan, seperti biasanya A Lan mengeluarkan isi kantongnya sendiri untuk membeli keperluan untuk ibu Pan. A Lan bahkan ingin memberikan semua peralatan masaknya pada ibu Pan. Tapi A Lan mengurungkan niatnya karena menurut Yi-ling ayahnya pasti akan marah besar setelah tahu hal ini. Walau A Lan sering mengerjakan sesuatu tanpa melalui akal sehat, tapi yang dia lakukan adalah demi kebahagiaan orang lain. Oleh sebab itu juga, para anggotanya membantunya dengan senang hati dan tanpa terbebani.

Episode 38

Setelah rumahnya direnovasi dan sudah ada listrik, ibu Pan memutuskan untuk pindah rumah. Tidak tahu pindah kemana, menurut pihak kepolisian dia pindah ke Taipei. Sebelum pergi, ibu Pan juga titip pesan pada polisi yang bertugas menjaga pintu masuk bukit itu agar menyampaikan rasa terimakasihnya pada segenap insan Tzu Chi. Walau miskin, tapi ibu Pan merasa dirinya masih punya harga diri, selama masih ada sepasang tangan, dia ingin berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dia juga bilang, kelak jika anak-anaknya sudah dewasa, dia ingin mereka juga bisa membantu orang seperti kakak-kakak Tzu Chi yang sering mengunjunginya ini. Mendengar ibu Pan begitu percaya diri, A Lan merasa sangat terharu. Setelah puluhan tahun mengajar di Penghu, akhirnya Guang-yuan dimutasi kembali ke Taipei. A Lan merasa bimbang dengan kepulangan suaminya, karena dia takut Guang-yuan melarangnya mengerjakan Tzu Chi. Tapi dia merasa sedikit lega karena Guang-yuan tinggal di asramanya. Merasa uang yang diberikannya pasti tidak akan mencukupi kebutuhan A Lan yang sudah menjadi ketua kelompok,  Guang-yuan pun menambahkan 10 ribu dolar lagi untuk biaya hidupnya. Tapi kebaikan Guang-yuan itu ada syaratnya, dia ingin dalam sebulan A Lan bisa menemaninya di asrama barunya selama 10 hari. Jika tidak datang sehari, maka uangnya akan dipotong 2 ribu dolar. Mengahadapi suaminya ini, A Lan hanya bisa menghela napas.

Episode 39

Selama puluhan tahun A Lan membujuk Nyonya Xie untuk menjadi komite, namum belum ada hasil sama sekali. Dulu Nyonya Xie berjanji padanya tunggu anaknya dewasa dan sudah berkarir dia baru akan menjadi komite, hingga sekarang Nyonya Xie sudah menggendong cucupun masih belum ingin menjadi komite. Walau Tuan Xie tidak pernah melarang A Lan mengajak istrinya mengerjakan Tzu Chi, tapi Tuan Xie tidak ingin istrinya seperti A Lan yang sudah menganggap pekerjaan Tzu Chi sebagai bagian dari hidupnya. Suatu hari saat bertemu Master, dengan keputusan sepihaknya A Lan memberitahu Master bahwa Nyonya Xie ingin dilantik sebagai komite. Setelah tahu hal ini, Nyonya Xie sangat cemas, dia tidak tahu bagaimana harus memberitahu suaminya. Dugaan Nyonya Xie benar, suaminya marah-marah bahkan tidak mengijinkannya pulang kerumah jika dia benar-benar dia jadi komite. Saat mengukur badan untuk membuat baju komite, A Lan telepon berkali-kali menyuruhnya hadir, tapi Nyonya Xie tidak berani keluar rumah. Setelah lama merenungi ceramah Master yang pernah dia dengar secara tidak sengaja. Tuan Xie mulai merasa ada kebenaran dibaliknya. Akhirnya disaat-saat terakhir, saat mengangkat telepon A Lan dia berjanji pada A Lan akan mengantar  istrinya ke sana dengan tepat waktu. Akhirnya hal yang sudah lama ditunggu A Lan terjadi juga. Dia senang sekali melihat sahabatnya ini berjalan di jalan yang sama dengannya.

Episode 40

Sejak Nyonya Xie berhasil diajak menjadi komite, A Lan semakin semangat mengerjakan Tzu Chi. Sepanjang siang dan malam, A Lan tidak pernah berhenti menanyakan kabar entah itu anggota dermanya ataupun anggota kelompoknya. Saat ingin membayar iuran telepon, Yi-ling terkejut melihat tagihannya. Tagihan yang tadinya hanya sedikit bertambah sebanyak tiga kali lipat. Setelah melihat bukti tagihan, A Lan baru sadar ternyata selama ini dia sudah banyak menelpon anggotanya. Walau terkejut melihat tagihan tersebut, tapi A Lan merasa patut melakukan semua ini. A Lan memang giat dalam mengerjakan Tzu Chi, tapi sebagai ketua kelompok, A Lan terlalu lemah dan kurang tegas. Semakin hari anggota kelompoknya semakin berkurang. Saat giliran bertugas, semakin sedikit yang datang. Kadang hanya A Lan sendiri yang mengerjakan semua tugas-tugas itu. Para anggotanya bisa dengan alasan yang ringan untuk menolak pembagian tugasnya. Tapi A Lan yang selalu lebih mementingkan masalah orang lain, tidak pernah mengeluh tentang semua ini. Walau sendirian, dia masih bisa mengerjakannya sendiri.


Menggapai Harapan ep.11-20

Maret 11, 2008

Episode 11
Penyakit ibu A Lan semakin parah, saat A Lan pergi menjenguknya dia memberi A Lan seikat uang dari hasil penjualan payung yang ditabungnya. Sebelum meninggal, ibu A Lan berpesan agar A Lan harus menjaga Guang-yuan dengan baik. Dia sadar, Guang-yuan tidak begitu menyukainya karena pengetahuannya yang sempit. Tapi dia sangat mengerti kalau Guang-yuan sayang pada A Lan. Sepulang mengajak Yi-ling beli seragam sekolah, A Lan melihat seorang pengemis, karena merasa kasihan A Lan memberinya memberinya uang. Tapi kebaikan A Lan ini diprotes oleh Guang-yuan, dia merasa A Lan terlalu polos. Karena tidak mencari tahu dulu pengemis itu benar-benar miskin atau hanya berpura-pura. Saat melewati kios peramal, A Lan sempat mampir untuk menanyakan sifat suaminya. Kata peramal, Guang-yuan sangat pelit, seumur hidup A Lan jangan harap bisa mendapatkan uang darinya. Tapi peramal itu memberi dukungan pada A Lan untuk mencari uang sendiri, karena sebelum berumur 40 tahun, nasib baik masih berpihak pada A Lan. Oleh sebab itu, A Lan semakin senang main Mahjong. Karena saat main Mahjong dia selalu menang.

Episode 12
Agar A Lan bisa berhenti berjudi, Guang-yuan membuka Toko untuknya. Karena toko payung A Lan sudah lama ditutup, maka Guang-yuan meminjam pada ayah mertuanya untuk membuka Toko. Saat peresmian Toko, banyak sekali tamu yang hadir, termasuk teman-teman berjudinya. Meminjam kesempatan ini, Guang-yuan langsung menyatakan kepada teman-teman berjudi A Lan, bahwa jangan mengajak A Lan berjudi lagi, karena banyak yang harus dikerjakannya. Tapi A Lan tidak bisa terlepas dari teman-temannya itu, mereka tetap saja memaksa A Lan untuk bermain bersama mereka. Suatu hari, dia diajak pergi main Mahjong ke tempat lain oleh salah seorang temannya, awalnya A Lan menolaknya, tapi temannya itu memakai alasan bahwa ada yang ingin membeli rumah. Setelah pergi satu-dua kali, A Lan kembali ketagihan dan sering berkunjung kesana. Sampai-sampai, Tokonya ditinggal pada pembantunya. Kelakuan A Lan semakin membuat suaminya jengkel.

Episode 13
Karena bisnis Toko A Lan semakin sepi, maka A Lan minta agar Guang-yuan menutupnya. Awalnya Guang-yuan tidak setuju dan merasa A Lan kurang berusaha saja. Tapi setelah dinasihati Bibinya, akhirnya Guang-yuan sadar bahwa Toko itu memang sepi. Akhirnya Guang-yuan menutup Toko itu tanpa berunding dengan A Lan terlebih dahulu, selain itu Guang-yuan juga menyalahkan A Lan atas semua kerugian yang dialaminya. Karena tidak ingin dipandang rendah oleh Guang-yuan, A Lan gigih menjual rumah, bahkan dihari hujanpun dia masih menemani pelanggan melihat rumah. Suatu hari, paman Guang-yuan menawarkan Guang-yuan sebuah kesempatan yang bagus, hanya dengan 20 ribu dolar, Guang-yuan sudah bisa menjadi kepala sekolah. Karena tidak mau menggunakan uang pamanya, maka Guang-yuan menolaknya. Setelah berita ini sampai di telinga A Lan, A Lan ingin sekali membantunya. Dengan susah payah A Lan mengumpulkan 20 ribu dolar. Tapi Guang-yuan malah marah-marah dengan A Lan, dia pikir uang yang diberikan A Lan adalah hasil dari berjudi.

Episode 14
Akhirnya impian Guang-yuan menjadi Kepala sekolah tercapai juga, melalui hasil ujian, Guang-yuan berhasil menjabat sebagai Kepala sekolah SMP. Karena dapat fasilitas rumah dari pemerintah, Guang-yuan dan A Lan pindah kerumah baru. Tadinya A La ingin mengajak Ayahnya tinggal bersama, tapi Ayahnya menolak. Dirumah baru, A Lan tidak diizinkan berjudi. Karena dikekang terus, A Lan semakin ingin berjudi. Dalam mengajar anak-anaknya, Guang-yuan selalu diktaktor. Bermain gundu dan membaca komik pun anak-anaknya dihukum berlutut. Suatu hari, saat main Mahjong di rumah nyonya Shen, A Lan dan rekannya ditangkap polisi. Kebetulan sekali, polisi yang menangkap A Lan adalah mantan murid suaminya. Kali ini, Guang-yuan tidak menggunakan kekerasan, dia menghukum A Lan dengan menghafal buku. Jika tidak bisa menghafal, A Lan tidak dibiarkan keluar rumah. Saat sedang menjalani hukuman, tiba-tiba nyonya Shen datang minta tolong pada A Lan untuk bertemu dengan orang yang mau membeli rumahnya. Karena dipaksa terus, maka A Lan ikut denganya. Setiba didepan pintu rumah, kebetulan sekali Guang-yuan juga baru pulang. Begitu masuk, Guang-yuan dan A Lan bertengkar hebat.

Episode 15
Sebelum berangkat ke Taipei, Guang-yuan berpesan pada anak-anaknya agar belajar dengan giat. Tapi satu jam setelah keberangkatannya, A Lan langsung mengajak anak-anaknya keluar jalan-jalan dan membeli komik. Keesokan harinya, nyonya Shen dan teman-temannya langsung berkunjung kerumah A Lan dan mengajaknya main Mahjong. Di hari perayaan Imlek, Guang-yuan membagikan angpao untuk ke empat anaknya, tapi isinya bukan uang melainkan secarik kertas yang berisi masa depan anak-anaknya. Anak sulung menjadi Pengacara, ke-dua jadi Insinyur, ke-tiga jadi Akuntan dan ke-empat jadi Dokter. Guang-yuan ingin ke-empat jabatan penting ini ada di keluarganya. Saat sedang asyik bermain Mahjong, tiba-tiba A Lan dikejutkan oleh seorang temannya, katanya rumah A Lan kebakaran. Begitu pulang ternyata bukan rumahnya, tapi rumah orangtuanya. Ayah A Lan terpaksa harus berbaring dirumah sakit karena ini. A Lan baru saja berunding dengan Guang-yuan untuk membangun kembali rumah ayahnya, tapi belum sempat ter-realisasi, Ayah A Lan sudah meninggal. Karena tidak bisa menerima kepergian ayahnya, A Lan jadi tidak bersemangat dan selalu sedih.

Episode 16
Setelah sakitnya sembuh dan suasana hatinya membaik, A Lan diajak nyonya Shen main Mahjong lagi. Kali ini, Guang-yuan tidak ingin bersabar lagi, dia mengaitkan kunci gerbang sehingga A Lan tidak bisa masuk rumah. Karena kesal, A Lan pergi menginap dirumah nyonya Shen. Keesokan harinya, A Lan tidak mau mempedulikan Guang-yuan, bahkan makan bersamapun A Lan tidak rela. Kelakuannya membuat Guang-yuan semakin kesal. Di malam hari, A Lan pulang dengan penampila yang berbeda, dia mengenakan kacamata hitam. Karena merasa penasaran, maka Guang-yuan memaksanya untuk melepaskan kacamata hitamnya itu. Ketika dibuka, Guang-yuan terkejut melihat mata A Lan yang bengkak. Setelah ditanya, ternyata A Lan mengoperasi lipatan mata, supaya terlihat cantik. Sebenarnya A Lan melakukan semua ini demi nama baik Guang-yuan, jika ada yang memuji kecantikannya, ini juga akan membuat Guang-yuan bangga. Tapi Guang-yuan tidak mau tahu semua itu, dia merasa malu dan minta agar didepan orang-orang sebaiknya A Lan jangan mengaku istrinya.

Episode 17
Karena kesal pada suaminya, pagi-pagi A Lan sudah pergi kerumah nyonya Shen untuk mengajaknya main Mahjong. Kali ini bukan main dirumahnya sendiri, tapi nyonya Shen mengajaknya main ke Taipei. Sejak itu, A Lan sering pergi dan menginap beberapa hari di Taipei, keadaan seperti ini terus berlanjut selama enam tahun, sampai anak-anaknya dewasa. Sesuai dengan keinginan ayahnya, Yi-ling ikut ujian masuk jurusan hukum, tapi sedikitnya dia membuat Guang-yuan kecewa karena Yi-ling tidak berhasil masuk Universitas Taiwan. Karena tidak melepas putrinya sendirian di Taipei, A Lan menelepon teman-temannya yang ada di Taipei agar menjaga Yi-ling. Tapi kebaikan A Lan malah mendapat caci maki dari Guang-yuan, dia takut teman judinya akan merusak Yi-ling. Melihat ayah dan ibunya yang tidak pernah berhenti bertengkar, Yi-ling merasa berat meninggalkan rumah, dia takut kelak tidak ada dia ayah dan ibunya akan bertengkar lebih hebat lagi. Dengan berat dia pergi ke Taipei, tapi perasaannya membaik ketika melihat ibunya pergi mengantarnya.

Episode 18
Dirumah, A Lan sama sekali tidak ada hak untuk berbicara, Guang-yuan hanya mendengarkan kata-kata Yi-ling saja. Oleh sebab itu masalah nyonya Chen yang ingin putrinya mengajar di sekolah Guang-yuan bisa berjalan dengan lancar. A Lan baru saja ingin menyanjung putrinya dengan mengatakan ada Yi-ling dirumah semuanya beres, tapi kata-katanya ini di sela oleh Guang-yuan, dia malah mengatakan alangkah baiknya jika ibu tidak dirumah. Perkataan ini membuat A Lan kehilangan muka di depan anak-anaknya. Saat mengajak pelanggan melihat rumah, A Lan disadarkan oleh sepasang suami istri, bahwa anak-anak tidak akan selalu bersamanya. Kalau sudah dewasa mereka punya pekerjaan dan urusan sendiri. Kalau hal ini terjadi, A Lan tidak tahu kelak bagaimana dia melewati hari-hari berdua dengan Guang-yuan. Karena suntuk, A Lan pergi kerumah nyonya shen untuk mengajaknya maih Mahjong, tapi kebetulan sekali, nyonya Shen ingin ke Bar, diapun mengajak A Lan ikut bersamanya. Sepulang dari Bar, Li-hua melihat A Lan. Keesokan harinya, Li-hua pergi kerumah A Lan untuk menasihatinya. A Lan menjadi serba salah, di samping harus menjaga nama baik Guang-yuan, dia juga harus ikut mereka bersenang-senang karena urusan bisnisnya.

Episode 19
Melihat A Lan mengisi waktu luangnya dengan berjudi dan berteman dengan nyonya-nyonya tersebut, Li-hua menyarankan agar A Lan ikut berbuat kebajikan dengannya. Karena merasa tidak enak, maka A Lan pun berjanji akan ikut dengannya. Diperjalanan pulang, A Lan bertemu A Zhu. A Zhu menceritakan bahwa putri keduanya dimarahi oleh Guang-yuan karena minta beli baju renang yang baru. Tanpa berpikir panjang, A Lan bergegas pergi beli baju renang dan mengantarnya kesekolah. Tapi A Zhu melihat A Lan pulang dengan kecewa, putrinya menolak baju renang itu. Dimata anak-anaknya, A Lan hanyalah seorang ibu yang tidak pernah mengurus rumah. Malam sebelum pergi berbuat kebajikan, A Lan tidak dikasih pulang oleh teman-temannya, dia dipaksa berjudi dengan mereka sampai pagi. Tapi A Lan tidak mengingkar janjinya pada Li-hua karena hal ini. Walau dalam keadaan ngantuk dia tetap memenuhi janjinya. Setiba di depan kuil, A Lan melihat seorang gadis kecil yang datang mengambil sembaki, karena kasihan, A Lan memberinya uang. Tapi gadis kecil itu menolaknya. Karena tersentuh, tidurpun A Lan mengigau tentang gadis kecil itu. Tapi Guang-yuan yang selalu curiga padanya, merasa A Lan sudah keterlaluan, karena tidur pun ia mengigau tentang judi.

Episode 20
Sudah bertahun-tahun A Lan tidak menghirup udara pagi yang segar. Sejak kemarin bertemu anak gadis malang itu, suasana hati A Lan jadi berubah. Pagi-pagi dia bangun mencari baju bekas anaknya setelah itu dia pergi membeli sarapan pagi dan makan bersama anak-anaknya. Dia merasa anak-anaknya sangat beruntung karena tidak kekurangan apapun. Saat sarapan, Guang-yuan mengumumkan ingin membeli rumah sendiri, karena rumah yang mereka tinggali sekarang entah kapan akan diambil kembali oleh pihak sekolah. Guang-yuan dan anak-anaknya tertarik pada rumah yang mereka kunjungi, tapi karena tabungannya tidak mencukupi, Guang-yuan tidak ingin membelinya. Melihat anak-anaknya begitu suka dengan rumah itu, A Lan berjanji akan mendapatkan uang tersebut. Waktu mengunjungi keluarga gadis kecil itu, A Lan serasa tidak percaya masih ada keluarga yang sesulit ini. Dia merasa sangat prihatin dengan gadis kecil itu. Hati A Lan pun tergerak, dia berjanji akan mencari teman-temannya untuk bantu memberi sumbangan pada keluarga-keluarga miskin seperti itu.


Menggapai Harapan ep.21-30

Maret 11, 2008

Episode 21
Saat ingin menagih uang komisi yang dijanjikan Nyonya Shen, Nyonya Shen malah melarikan diri ke Gao Xiong. Hal ini membuat A Lan cemas, jika tidak mendapatkan uang yang dijanjikannya pada Guang-yuan, dia pasti dimarahi habis-habisan oleh Guang-yuan. Tapi untung saja Li-hua membantunya mendapatkan tarikan. Dalam sekejap mata, A Lan dan keluarganya akhirnya pindah kerumah milik sendiri. Kehidupan A Lan sedikitnya mengalami perubahan, walau tidak ingin terlibat secara resmi, tapi A Lan giat mengumpulkan derma dan mempromosikan organisasi amalnya pada setiap orang yang dia temui. Oleh sebab itu Li-hua mengatakan padanya agar sudah boleh meminta buku derma pada yayasan. Tapi A Lan menolaknya karena dia takut merasa repot. Tapi tidak lama kemudian, Guru sendiri yang menyerahkan buku derma itu padanya. Mau tidak mau A Lan harus menerimanya dan menjalankan kewajibannya. Suatu hari, Guang-yuan menjamu rekan-rekannya makan malam, tanpa sengaja A Lan meminta derma pada kepala bagian Liu. Setelah tamu-tamu pulang, A Lan dimarahi habis-habisan oleh Guang-yuan. Guang-yuan bahkan tidak mau mendengar cerita A Lan tentang keluarga-keluarga tidak mampu itu. Tapi setelah ditinggal A Lan masuk kamar, Guang-yuan akhirnya mau juga membaca buletin Tzu Chi.

Episode 22
Pagi-pagi Li-hua sudah mencari A Lan untuk mengambil uang tarikan, begitu melihat isi dompet, A Lan baru sadar uang yang didompetnya tidak cukup. Mendengar Nyonya Shen sudah pulang dari Gao Xiong, A Lan bergegas mencarinya untuk menagih uang komisi. Tapi malah kebalikannya, Nyonya Shen malah ingin pinjam uang dengan A Lan. Dia minta agar A Lan memanfaatkan posisinya sebagai Ibu Kepala Sekolah untuk menarik tarikan lagi. Mengingat Nyonya Shen adalah teman lamanya, A Lan pun menyanggupinya. A Lan memang selalu polos dalam urusan berinteraksi dengan orang lain, Ia memberikan semua uang tarikannya pada Nyonya Shen, bahkan Nyonya Shen bersiap-siap untuk melarikan uangnya pun dia masih tidak tahu. Saat berkunjung kerumah gadis kecil itu, A Lan mendapati gadis kecil itu sudah dibawa pergi oleh ibunya. A Lan tidak rela dan ingin mencarinya kembali, tapi tindakannya ini di larang oleh Li-hua dan Gui-yu. Karena selain gadis kecil itu, masih banyak keluarga tidak mampu yang lebih memprihatinkan.

Episode 23
Saat Li-hua ke rumah A Lan mengambil uang tarikan, Guang-yuan bertanya padanya tentang kegiatan A Lan di Tzu Chi. Li-hua pun menceritakan bagaimana agresifnya A Lan dalam mengerjakan Tzu Chi, bahkan hal membeli selimut untuk keluarga Chen pun dia ceritakan. Setelah tahu A Lan mengerluarkan isi kantong sendiri untuk membantu keluarga tak mampu itu, Guang-yuan jadi tidak begitu senang dia mengerjakan Tzu Chi. Apalagi sampai ada polisi yang minta bantuan A Lan untuk menghubungi Tzu Chi karena ada seorang kakek yang butuh bantuan. Karena hal ini, hampir setiap saat Guang-yuan memarahinya. Walau begitu, A Lan tidak peduli sama sekali, dia anggap amarah Guang-yuan sebagai angin lalu, begitulah hingga 2,3 tahun kemudian. Karena sudah bosan memarahi A Lan, Guang-yuan memindahkan amarahnya pada Yi-ling. Dia harap Yi-ling bisa menyampaikan semua kemarahannya pada ibunya. Beberapa tahun telah berlalu, A Lan masih giat dengan pekerjaan Tzu Chi-nya, Yi-ling juga sudah akan lulus kuliah. Tapi sepertinya Yi-ling tidak mau menuruti kemauan ayahnya menjadi seorang pengacara. Dia memutuskan untuk mengikuti jejak ayahnya, menjadi seorang guru.

Episode 24
Semakin hari A Lan semakin rajin ikut kunjungan, sampai mendaki gunung dan melewati lembahpun dia tidak kenal lelah. Melihat istrinya seperti ini, Guang-yuan hanya bsia mengeluh pada putri sulungnya. Tapi di balik semua ini, Guang-yuan juga masih sangat memperhatikan istrinya, dia menyuruh putra bungsunya untuk menjemput ibunya di depan gang juga menyuruh A Zhu menghangatkan sayur dan menyiapkan air hangat untuk A Lan mandi. Keesokan harinya, Guang-yuan juga suruh A Zhu untuk membangunkan istrinya agar sarapan dulu baru tidur kembali. Begitulah setiap hari Guang-yuan diam-diam memberi perhatian pada istrinya. Tapi dia tetap merasa kesibukan A Lan terlalu berlebihan, apalagi setelah mendengar bahwa Guru yang di Hualian ingin membangun rumah sakit besar. Hal membangun rumah sakit ini banyak sekali yang menentang, termasuk para komite serta relawan-relawan yang satu kelompok dengan A Lan. Karena tidak ada yang berani menasihati Guru, maka Gui-yu dan Li-hua menunjuk A Lan. Tapi malah sebaliknya, karena tersentuh dengan perkataan Guru, A Lan malah berjanji ingin berderma satu juta dolar. Karena itu, A Lan lebih giat lagi mengumpulkan derma.

Episode 25
Karena berjanji ingin menyumbang satu juta dolar, A Lan berjalan seharian tapi tetap saja tidak mendapatkan satu sen pun. Akhirnya A Lan terpaksa minta tolong pada teman-teman lamanya. Orang pertama yang dia kunjungi adalah Nyonya Wang. Kebetulan sekali, Nyonya wang dan teman-temannya sedang kekurang orang untuk main mahjong. Jika A Lan tidak mau menemani, maka Nyonya Wang tidak akan menyumbang sepersen pun. Demi mencukupi satu juta dolarnya itu, A Lan terpaksa melanggar janjinya pada suami dan anak-anaknya, dia terpaksa menemani Nyonya Wang main mahjong. Selain itu, mendapatkan derma dari tetangganya, A Lan bahkan rela menyusul ke klenteng. Setelah menyampaikan maksudnya, A Lan malah dicurigai oleh penjaga klenteng ingin merebut penghasilannya. Demi mengumpulkan derma, A Lan sudah mengalami berbagai ritangan. Dihina dan dimaki sudah tidak ada artinya lagi bagi A Lan. Dengan sepenuh hati dia hanya ingin bisa mengumpulkan derma untuk Guru membangun rumah sakit. Walau selelah apapun dia tetap berusaha melakukan kewajibannya.

Episode 26
Di saat A Lan merasa kecewa dan hendak putus asa, A Lan mendapat nasihat yang berharga dari Guru. Sejak itu, A Lan mulai berintropeksi diri, semua kegagalan yang pernah dia alami adalah kesalahannya sendiri. Keesokan harinya, dengan percaya diri penuh dan dandanan rapi, A Lan pergi mencari kenalan dari Nyonya Wang dan Nyonya Huang yang pernah menolaknya. Dengan sabar dan sopan, A Lan menjelaskan satu persatu maksud dan tujuan Tzi Chi. Hasilnya, A Lan berhasil memperoleh sumbangan sebesar 20 ribu dolar dari kenalan Nyonya Wang. Bahkan Nyonya Huang yang pernah memaki-makinya juga ikut menyumbang. Walau berhasil mengerjakan Tzu Chi, tapi A Lan kembali ke kehidupannya yang dulu, demi menjalin relasi untuk mendapatkan derma, A Lan jadi sering menemani teman-temannya bermain mahjong. Melihat istrinya mulai berjudi lagi, Guang-yuan yang akan dimutasi ke Penghu merasa tidak tenang meninggalkan A Lan di Taizhong bersama anak-anaknya. Oleh sebab itu, Guang-yuan ingin mengajak A Lan ikut ke Penghu.

Episode 27
Untuk merayakan kepergianya ke Penghu, Guang-yuan membawa anak-anaknya makan diluar tanpa A Lan. Supaya ayahnya tidak marah, maka Yi-ling pun mengucapkan kata-kata yang sedikit menyanjung ibunya. Karena penasaran, setelah makan Guang-yuan mengajak anak-anaknya pergi ke pos Tzu Chi mereka. Begitu melihat A Lan hanya bisa mencuci piring saja, Guang-yuan langsung marah-marah dan mengajak A Lan pulang. Dia kecewa, ternyata selama ini istrinya di Tzu Chi hanya bisa mencuci piring saja. Keesokan harinya, saat Guang-yuan berangkat ke Penghu, A Lan bahkan tidak mengantarnya. Tapi setelah mendengar suara Guang-yuan lewat telpon, A Lan merasa tidak tega dan menyusulnya. Begitu tahu istrinya menyusulnya, Guang-yuan marah-marah, tapi di dalam hatinya dia merasa senang. Sore harinya, dia mengajak A Lan jalan-jalan disepanjang pantai dan melihat matahari terbenam. Ini merupakan pertama kalinya mereka merasa begitu dekat selama puluhan tahun ini. Tapi kedekatan mereka ini tidak bertahan lama, keesokan harinya mereka kembali bertengkar seperti biasanya. Karena kesal, A Lan pun langsung pulang dan meninggalkan Guang-yuan sendirian di Penghu.

Episode 28
Demi membantu Guru membangun rumah sakit, A Lan mengerahkan seluruh kemampuannya, termasuk dalam soal materi. Dia sering mengambil uang tarikannya untuk disumbangkan. Selain itu, setiap bertemu orang, dia selalu menceritakan tentang dharma dan perjalanan Guru. Kelakuannya ini sering dip rotes Guang-yuan, apalagi soal membangun rumah sakit, Guang-yuan tidak percaya sama sekali bahwa impian ini bisa tercapai. Tapi beberapa waktu kemudian, A Lan mendapat kabar baik, tanah untuk membangun rumah sakit sudah ada. Tapi kebahagiaan ini tidak berlangsung lama, tiba-tiba Negara mengumumkan ingin mengambil alih tanah tersebut. Mendengar berita ini, A Lan serta teman-temannya merasa sedih. Begitu juga dengan Guang-yuan. Guang-yuan tidak habis pikir, keadaan seperti ini seharusnya menyenangkan baginya, tapi Guang-yuan sama sekali tidak merasa bahagia atas kejadian ini. Saat ingin menasihati A Lan agar berhenti mengerjakan Tzu Chi, tiba-tiba A Lan pulang dengan membawa kabar gembira, yaitu pemerintah berjanji akan segera mencarikan tanah untuk membangun rumah sakit tersebut.

Episode 29
A Lan semakin terjerumus dalam masalah keuangan. Sampai membayar gaji A Zhu saja dia harus pinjam dengan Yi-ling. Karena tidak ada jalan lain lagi, dia membujuk Li-hua agar membantunya mengumpulkan anggota tarikan. Tidak hanya itu saja, A Lan juga dijerumuskan oleh Nyonya Qian. Nyonya Qian minta A Lan jadi penjamin hutangnya. Untung saja A Lan kenal baik dengan Tuan Cai, sehingga A Lan tidak harus menandatangani surat jaminan dan bukti lainnya. Begitu tahu Nyonya Qian sudah tidak membuka usahanya lagi, A Lan bergegas mencari Tuan Cai untuk memberitahu hal ini, dia merasa bertanggung jawab dan bersalah pada Tuan Cai. Sehari demi sehari, Nyonya Wang banyak membantu A Lan mencari anggota derma. Karena itu, A Lan merasa tidak enak menolak ajakannya untuk main Mahjong, termasuk pergi ke kasino. Beberapa waktu kemudian, Tuan Cai mencari A Lan dan marah-marah karena Nyonya Qian melarikan diri. Tuan cai minta tolong pada A Lan untuk mencari tahu tentang Nyonya Qian. Karena merasa tidak enak terhadap Tuan Cai, A Lan berjanji akan membantunya membayar hutang. Walau tidak enak menerima uang dari A Lan, tapi apa boleh buat, Tuan Cai sendiri juga sedang kesulitan uang. Oleh sebab itu dia menerima uang A Lan.

Episode 30
Dengan susah payah A Lan mengumpulkan seratus ribu dolar. Tapi A Lan terpaksa memberikan uang itu pada Tuan Cai. Karena tidak tahu harus bagaimana lagi, A Lan ingin merundingkan masalah ini pada Yi-ling. Tapi melihat Yi-ling bekerja sampai malam dan lelah, A Lan jadi tidak tega dan mengurungkan niatnya. Di dalam otak A Lan hanya terlintas kasino yang pernah diajak pergi oleh Nyonya Wang. Awalnya A Lan memang menang terus. Tapi tidak lama kemudian, pemilik kasino itu mengerahkan orangnya untuk memenangkan semua uang A Lan. Karena tidak mau mengaku kalah, malam-malam A Lan mengetuk pintu rumah Li-hua untuk pinjam uang. Setelah tahu A Lan pergi meminjam uang, pemilik kasino tersebut menawarkan pinjaman pada A Lan. Sehari demi sehari, hutang A Lan semakin banyak. Hingga suatu hari, Li-hua memberitahunya bahwa kasino tersebut sudah disergap polisi. Oleh sebab itu, A Lan merasa lega. Dia tidak perlu cemas untuk membayar hutang-hutang itu lagi. Karena ingin menghindari Nyonya Wang, A Lan melarikan diri ke Penghu. Melihat A Lan tiba-tiba ada di sana, Guang-yuan merasa terkejut sekaligus senang. Apalagi setelah mendengar A Lan berjanji pada Master tidak akan berjudi lagi.


Menggapai Harapan synopsis ep.1 – 10

Februari 26, 2008

Sinopsis Menggapai Harapan
( 窗外有藍天 )

Sejak kecil A Lan yang bernama lengkap Huang Xiu-lan sudah vegetarian, sejak kecil dia bercita-cita ingin menjadi biksuni. Dia adalah gadis polos yang baik, lembut, ramah dan pandai berdagang. Setiap hari dia membantu ibunya menjaga toko payung milik keluarganya. Di usianya yang masih belia, dia sudah banyak menarik hati para orangtua untuk dijadikan menantu. Tidak terkecuali pemuda yang tinggal di seberang rumahnya, Wang Guang-yuan. Guang-yuan berasal dari keluarga terpandang di Xiamen. Karena penjajahan, Guang-yuan terpaksa pindah ke Taiwan dan tinggal bersama pamannya yang seorang pengusaha. Walau menyukai A Lan, Guang-yuan tidak berani mengungkapkan isi hatinya, mengingat latar belakang keluarga yang baik dari segi ekonomi maupun pendidikan. Terutama ibu A Lan yang sangat membenci para pendatang seperti Guang-yuan. Namun pada akhirnya, Guang-yuan berusaha keras untuk memperjuangkan cintanya, dan berhasil menikahi A Lan. Karena keluarga Wang Guang-yuan adalah keluarga terpandang, maka A Lan terpaksa harus melayani para ibu pejabat yang kerjaannya hanya shopping dan main mahjong. Awalnya A Lan hanya menemani mereka saja, tapi akhirnya dia sendiri yang ketagihan main mahjong. Sampai jarang mengurus anak dan suaminya. Sampai sudah menjadi insan Tzu Chi pun dia masih mencari uang derma sambil main mahjong. Bahkan pernah sampai rumahnya terpaksa dijual untuk membayar hutang rentenir di kasino.Akhirnya dia sadar telah menyusahkan keluarganya. Dia pun bertobat dan memusatkan perhatian pada pekerjaan Tzu Chi. Sedangkan, Guang-yuan dengan sabar menerima semua kelakuan A Lan dengan apa adanya dan menjadi suami yang setia menemani dan memberi dukungan pada istrinya.

Episode 1
Huang-Xiu-lan adalah gadis yang baik, rajin serta pandai berdagang. Selain itu, dia juga gadis yang lemah lembut dan baik hati. Sejak masih kecik dia sudah vegetarian dan bercita-cita ingin menjadi biksuni. Keluarganya membuka toko payung. Di umurnya yang belia sudah banyak keluarga yang ingin meminangnya menjadi menantu. Tidak terkecuali Wang Guang-yuan, pemuda yang tinggal diseberang rumahnya. Wang Guang-yuan berasal dari keluarga terpandang di Xiamen. Karena penjajahan, keluarganya pindah ke Taiwan. Walau sudah lama menyukai A Lan, tapi Guang-yuan hanya memendamnya dalam hati. Karena dia paham sekali, mereka dari keluarga yang berbeda. Baik dari segi materi maupun pendidikan. Lagi pula ibu A Lan, Mei-zhi sangat tidak suka dengan seorang pendatang. Perasaan Guang-yuan ini hanya diketehui oleh sepupu sekaligus teman dekatnya, You-sheng. Karena ingin putri bungsu kesayangannya mendapatkan pasangan yang baik, Mei-zhi sangat pemilih dalam memilih menantu. Meski teman baiknya, A Ngo sering datang melamar pun, Mei-zhi masih belum menyetujuinya. Tapi dibalik itu, Mei-zhi juga takut putrinya menjadi biksuni. Bagaimana pun dia harus menikahkan putrinya ini.

Episode 2
Walau sangat mengharapkan A Lan bisa menikah, tapi Mei-zhi juga sedikit merasa khawatir. Jika A Lan menikah, kelak siapa yang akan mengurus toko payungnya, kelak siapa yang akan mencari nafkah hidup. OLeh sebab itu, Mei-zhi berharap setelah menikah A Lan masih bisa pulang setiap hari untuk menjaga toko. Setelah mendengar persyaratan ini, A Ngo sempat ragu. Tapi demi mendapatkan menantu sebaik A Lan dia tidak mau banyak pertimbangkan lagi. A Ngo segera menyuruh Jin-sheng, putranya untuk lebih agresif mengejar A Lan. Demi bisnis keluarga, paman dan bibi Guang-yuan ingin menjodohkan Guang-yuan pada paman A Lian, pengusaha besar dalam sektor perkayuan. Tapi mengenai hal ini, Guang-yuan sama sekali tidak tertarik. Agar Guang-yuan bisa mendekati A Lan, You-sheng mengirim sepucuk surat atas nama Guang-yuan. Setelah tahu hal ini, Guang-yuan marah-marah pada You-sheng dan menjadi tidak enak bertemu A Lan. Akhirnya Guang-yuan memberanikan diri untuk menulis surat pernyataan maaf pada A Lan.

Episode 3
Agar berhasil mendapatkan A Lan, Mak comblang menyarankan Jin-sheng mengajak A Lan pergi nonton. Karena Jin-sheng tidak berani mengatakan pada A Lan, maka You-sheng berteriak lewat jendela. Begitu didengar A-zhen, dia juga mau ikut. Agar Guang-yuan ada kesempatan juga, You-sheng mengajaknya ikut bersama. Saat pulang, You-sheng mengatur kesempatan agar Guang-yuan pulang berduaan dengan A Lan. Di perjalanan pulang, Guang-yuan tanya pada A Lan apa dia menyukai Jin-sheng. Jawaban A Lan membuatnya senang sekaligus kecewa, A Lan bilang, seumur hidup dia tidak ingin menikah dan mau jadi Biksuni. Tapi You-sheng menasihati Guang-yuan agar tidak menyerah. Karena ingin A Lan berhenti Vegetarian, saat jalan-jalan You-sheng sengaja memesan sup daging. Tapi saat menambah kuah sup, A Lan melihat ada daging, dia marah sekaligus kesal pada Guang-yuan. Kejadian ini juga mengundang rumor, para tetangga menggosipkan A Lan berhenti vegetarian demi Guang-yuan. Hal ini juga membuat ibu Jin-sheng, A Ngo jadi kecewa pada A Lan.

Episode 4
Agar Guang-yuan tidak bertemu A Lan lagi, maka ibu A Lan tidak mengijinkan A Lan menjaga toko. Tapi hal ini malah mengundang gosip. Para tetangga heran, kalau memang tidak ada apa-apa antara A Lan dan Guang-yuan mengapa ibu A Lan, Mei-zhi, mengurung A Lan di dalam rumah. Kejadiannya malah bertambah rumit. Karena A Lan menghindar terus, satu-satunya jalan bagi Guang-yuan adalah mengirim surat. Setelah tahu hal ini, Mei-zhi marah dan mengembalikan semua surat itu. Dia juga minta agar Guang-yuan jangan mengirim surat lagi. Karena gosip A Lan dan Guang-yuan sudah mereda. Jin-sheng tidak menyerah, atas anjuran Mak comblang, Jin-sheng melamar A Lan secara resmi. Di perjalanan pulang dari rumah sakit, A Lan dan ayahnya bertemu Guang-yuan. Lewat kesempatan ini, ayah A Lan menjelaskan tentang surat yang dikembalikan itu sebenarnya bukan maksud A Lan. Ayah A Lan juga bilang, jika diri Guang-yuan suka A Lan, dia tidak akan melarangnya. Setelah memikirkan perkataan ayah A Lan, Guang-yuan minta tolong pada bibinya untuk melamar.

Episode 5
Paman Guang-yuan marah setelah tahu Guang-yuan ingin melamar A Lan. Seluruh keluarga tidak setuju dengan Guang-yuan, hanya You-shenglah satu-satunya yang mendukung Guang-yuan. Karena tidak mau mendapat malu, paman Guang-yuan menyuruh bibinya yang pergi sendiri. Setiba di rumah A Lan, mereka tidak disambut baik oleh Mei-zhi, mereka diminta agar tidak kembali lagi. Tapi kedatangan mereka tidak sia-sia, ayah A Lan menyambut baik mereka dan minta Guang-yuan pertimbangkan dengan matang terlebih dahulu apakah benar ingin menikahi A Lan. Begitu tahu Guang-yuan kesulitan melamar A Lan, istri Komandan membawa teman-temannya untuk membantu Guang-yuan. Tapi tetap saja ditolak oleh ibu A Lan. Bahkan ibu-ibu pejabat yang bisa berbahasa Taiwan pun tetap ditolak Mei-zhi. Karena tidak ada Mak comblang yang berhasil, Guang-yuan memutuskan untuk menyampaikan isi hatinya secara langsung, tapi A Lan menolaknya dengan alasan ibunya tidak setuju. Guang-yuan tidak putus asa sedikitpun, dia minta tolong pada Mak comblang Jin-sheng untuk melamar A Lan. Akhirnya ibu A Lan merubah pendiriannya dan mengijinkan mereka untuk pacaran dulu.

Episode 6
Awalnya A Lan khawatir apakah dirinya bisa mengimbangi gaya hidup Guang-yuan. Saat bertemu di rumah Kakak Guang-yuan, A Lan tidak bisa apa-apa, dia tidak bisa berdansa dan main mahjong. Karena merasa tidak bisa apa-apa, A Lan minta agar Guang-yuan mempertimbangkan lagi keputusannya. Tapi dengan tanpa ragu Guang-yuan mengatakan bahwa cintanya hanya untuk A Lan dan hanya ingin menikah dengan A Lan. Setelah menikah, A Lan diijinkan pulang menjaga toko dan makan di rumahnya sendiri. Perlahan-lahan A Lan mulai berbaur dengan pada istri pejabat, dia juga diajari main mahjong dan diajak berbelanja. A Lan yang awalnya tidak suka kehidupan seperti ini, perlahan-lahan ikut menikmati juga. Guang-yuan juga berjanji akan mengajari A Lan banyak hal yang dia tidak tahu. Tidak lama setelah menikah, A Lan mengandung. Begitu tahu sudah akan menjadi ayah, rasa sayang Guang-yuan pada A Lan bertambah, dia tidak mengijinkan A Lan kerja berat.

Episode 7
Setelah putra pertama mereka lahir, A Lan istirahat di rumah ibunya. Dalam hal mengasuh anak, Guang-yuan selalu selisih pendapat dengan ibu mertuanya. Guang-yuan lebih memilih cara moderen, tapi ibu mertuanya lebih memilih cara tradisional. Ini membuat A Lan serba salah, disamping takut ibunya tidak senang dia juga takut Guang-yuan marah. Suatu hari, karena terlalu banyak diberi minum obat herbal, anak mereka mengalami diare. Tidak lama setelah di rawat dirumah sakit, putra pertama mereka meninggal. Hal ini membuat Guang-yuan sedih, begitu juga dengan A Lan. Tapi ibu A Lan malah merasa tidak bersalah, dan berkata jika anaknya terus diberi minum obat ramuan itu mungkin hal ini tidak akan terjadi. Setelah mendengar kata ini, Guang-yuan tambah kesal, dia ingin mengajak A Lan pulang ke rumahnya. Dia ingin A Lan keluar dari lingkungan hidupnya yang sekarang, terutama dari pengaruh ibunya. Akhirnya Guang-yuan baru sadar, menyatukan dua orang yang cara hidupnya berbeda memang tidak gampang.

Episode 8
Sejak kematian putranya, Guang-yuan jadi benci dengan ibu mertuanya. A Lan menjadi serba salah, disamping ingin menuruti kata-kata suaminya, dia juga ingin berbakti pada ibunya. Jika A Lan dilarang kembali ke rumahnya lagi, maka ibunya berencana untuk menutup toko payungnya karena tidak ada yang membantu. Dengan kata lain, ibu A Lan tidak ingin A Lan pergi dari toko payung itu. Tapi Guang-yuan benar-benar tidak ingin pergi ke rumah A Lan lagi, dia bahkan tidak mau makan masakan dari rumah A Lan. Menghadapi situasi seperti ini, A Lan jadi bimbang bagaimana caranya agar bisa jadi istri yang baik. Untung saja, Guang-yuan tidak banyak menuntut, bagi Guang-yuan, A Lan cukup hanya melakukan dua hal saja. Yaitu belajar bahasa Mandarin dan belajar memasak. Oleh sebab itu, setelah pulang dari tokonya, A Lan pergi ke rumah kakak Guang-yuan untuk belajar memasak, malamnya belajar Mandarin dengan suaminya. Tapi selain belajar memasak, A Lan juga harus menemani para istri pejabat yang bertamu ke rumah kakaknya untuk main mahjong.

Episode 9
Karena A Lan sudah belajar masak, maka Guang-yuan mengundang Kepala sekolah untuk coba kepiting masakan A Lan. Tapi Kepala sekolah harus kecewa karena masakan A Lan sama sekali tidak enak dan tidak enak dilihat. A Lan bahkan membuang semua telur kepiting karena dia anggap kotoran. Setelah Kepala sekolah pulang, Guang-yuan kesal dan merobohkan sepeda yang parkir di depan pintunya. Sepanjang malam mereka bertengkar karena hal ini. Melihat keponakannya begitu sedih, bibi Guang-yuan menyarankan agar Guang-yuan secepatnya bercerai dengan A Lan. Tapi karena terlanjur sayang, Guang-yuan mengurungkan niatnya, A Lan juga berjanji akan menjadi istri yang sesuai dengan keinginan suaminya. Demi kebahagiaan putrinya, ayah A Lan memutuskan untuk menutup toko payungnya agar A Lan bisa sepenuh hati menjaga rumah tangganya. Tapi A Lan tidak setuju dan tidak rela melepas semua ini. Tapi walau bagaimanapun A Lan menolaknya, ayahnya dan ibunya tetap tidak setuju, mereka ingin A Lan konsentrasi pada keluarganya sendiri.

Episode 10
Saat Guang-yuan pulang untuk makan siang, A Lan belum selesai masak, bahkan belum mulai sama sekali. Karena itu, bibi Guang-yuan menyarankan agar mereka berdua makan bersamanya. Untuk membalas kebaikan bibinya, Guang-yuan menyuruh A Lan membantu bibinya jaga Hotel. Tidak lama membantu bibinya, A Lan hamil lagi. Karena tidak ingin A Lan terlalu lelah, Guang-yuan tidak mengijinkan dia membantu bibinya lagi, Guang-yuan bahkan meminta pembantu Kakaknya untuk merawat A Lan. Saat A Lan hamil, ibunya memutuskan untuk menutup toko payung keluarganya. Dalam hati, A Lan sangat tidak rela dengan toko itu, tapi apa boleh buat, ibunya sudah tidak sanggup merawat toko itu. Beberapa tahun kemudian, A Lan dikarunia empat orang anak. Seperti tahun –tahun sebelumnya, A Lan menjadi makelar rumah yang berhasil. Sekali menjual rumah, komisi yang A Lan peroleh lebih besar dari gaji Guang-yuan. Selain itu, A Lan juga berlarut menemani para istri pejabat tersebut main mahjong, sampai-sampai dia sendiri ketagihan.